PELAKSANAAN
BK DI 
PAUD 
                                            Oleh Saadatul Huryah
PENDAHULUAN
A.               
Latar Belakang
Bimbingan dan konseling di
lingkungan pendidikan/sekolah bukanlah hal yang baru. Dan bimbingan yang
dilakukan biasanya untuk membantu peserta didik dalam menghadapi permasalahan
yang dihadapi baik masalah belajar ataupun masalah yang dihadapi dalam perkembangan
anak didik. Selain itu juga untuk memfasilitasi perkembangan potensi anak dan
mencapai tugas-tugas perkembangan anak. Bimbingan dan konseling juga bisa
membantu orang tua dalam menyikapi prilaku anak-anak mereka di rumah.
Pada PAUD bimbingan dan konseling
hanya sebatas membantu dan mengarahkan proses tumbuh kembang anak agar lebih
terarah dan terpadu. Dimana orientasi pokok dari pendidikan anak usia dini
adalah:
a.    
Melatih
kemampuan adaptasi belajar anak sejak awal;
b.   
Meningkatkan
kemampuan komunikasi verbal;
c.   
Mengenalkan
anak pada lingkungan dunia sekitar, seperti orang, benda, tumbuhan, dan hewan; 
d.  
Memberikan
dasar-dasar pembelajaran berikutnya, seperti mengingat, membaca, menulis dan
berhitung sederhana. Dan lima aspek perkembangan
yang terdapat dalam Permendiknas No. 58 Tahun 2009 (orientasi khusus).
Berdasarkan hal tersebut maka
bimbingan dan konselor bukan hanya untuk anak tapi juga untuk orang tua. Perlu
adanya kerjasama yang terpadu antara orang tua dan konselor dalam hal ini guru
agar apa yang menjadi tujuan dapat tercapai secara optimal.
B.                
Rumusan
Masalah
Mengetahui pelaksanaan BK di PAUD,
seperti perencanaan, pengelolaan, pelayanan, teknik pengumpulan data dan juga
penilaian BK di PAUD.
C.                
Tujuan
Untuk menambah
wawasan kita mengenai pelaksanaan
BK di PAUD, dan langkah-langkah dalam pelaksanaan BK
di PAUD.
BAB II
PEMBAHASAN
A.               
Perencanaan
Dalam melakukan bimbingan dan
konseling pada anak usia dini diperlukan perencanaan yang matang. Dimana harus
memahami karakteristik dari anak usia dini terlebih dahulu. Yang mana anak usia
dini adalah anak yang unik, dan memiliki ke khasan yang berbeda antara satu
dengan lainnya. Lalu ada hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaa
bimbingan konseling di PAUD antara lain:
a.                  
Sistematis, yang mana
maksud dari sistematis adalah terstruktur seperti dalam penyusunan Rencana
Kegiatan Harian, Rencana Kegiatan Mingguan, Rencana Kegiatan Semester, dan
Rencana Kegiatan Tahunan yang mana didalamnya tersisip kegiatan bimbingan dan
konseling yang dilakukan baik kepada anak, dan juga orang tua.
b.                 
Terarah, adapun
terarah yang diinginkan dalam bimbingan dan konseling disini adalah kesesuaian
antara kegiatan bimbingan dan konseling yang dilakukan dengan tujuan yang
diinginkan baik oleh orang tua, guru, dan juga tujuan pendidikan nasional.
c.                  
Terpadu, disini
keterpaduan dilakukan antara semua aspek perkembangan dan kegiatan main yang
dilakukan oleh anak usia dini. Yang mana kegiatan bimbingan dan konseling bisa
berjalan bergandengan dan terpadu dengan kegiatan yang telah direncanakan.
Dari ketiga hal tersebut maka
dapat dilakukan langkah selanjutnya yaitu:
a.    
Pengumpumpulan data
b.   
Penyusunan program
c.    
Koordinasi
d.   
Penyediaan fasilitas
Dalam mengkoordinir semua
pelaksanaan BK di PAUD seorang pemimpin (kepala sekolah/pengelola) harus dapat
menjiwai jiwa kepemimpinan itu sendiri. Kepemimpinan efektif dalam profesi PAUD adalah kira-kira
bekerja menuju terciptanya sebuah komunitas dan memberi layanan jasa yang
tinggi. Hal yang harus mampu dilakukan pemimpin di PAUD antara lain:
o   Mempengaruhi
perilaku orang-orang lain, khususnya staf dan para   orangtua, berkontribusi pada program PAUD yang kreatif;
o   Mengelola
program secara efisien;
o   Mengawasi staff
dan memandu para orangtua dalam cara-cara yang akan memajukan pertumbuhan
pribadi mereka dan kemajuan serta pengembangan profesional; dan
o   Berencana demi
perubahan dan mengimplementasi perkembangan guna membenahi keefektifan
organisasi dan keefektifan profesional.
Para pemimpin PAUD seharusnya juga bekerja dalam sebuah sikap yang
mencakup tiga isu yang didefinisi oleh Sergiovanni (1990) sebagai hal penting untuk suksesnya
kepemimpinan.
o   Pemberdayaan adalah dimana hak dan kewajiban dibagi bersama oleh pemimpin untuk berkesudahan dalam
peningkatan tanggungjawab dan akuntabilitas di seluruh kelompok
o   Kemudahan adalah dimana pemimpin menyediakan alat dan peluang-peluang dan mengeliminir
hambatan-hambatan untuk perkembangan dan pertumbuhan individu dan kelompok; dan
o   Perluasan, yaitu dimana pemimpin dan peran-peran pengikut terjalin untuk memproduksi
meningkatnya komitmen dan performa yang luar biasa.
Faktor-faktor ini penting dalam menciptakan dan membentuk lingkup kerja
untuk anak-anak, para orangtua, dan staf dimana pemimpin menetapkan nada dan
iklim psikologis yang merupakan tanda dari sebuah program kualitas.
Keunikkan dari tiap-tiap penetapan PAUD membuatnya sulit untuk secara
spesifik mendefinisikan kepemimpinan secara luas dan secara ekslusif.
          Program BK di anak usia dini terdiri dari:
a)   
Parenting
b)   
Konseling
c)    Field trip/karyawisata
d)  
Penempatan kegiatan ekstra kurikuler
e)    Leaflet
Ruang
lingkup bimbingan untuk Anak Usia Dini
            1.      Bimbingan Pribadi dan Sosial
            Bimbingan
ini dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi sosial
anak dalam mewujudkan pribadi yang mampu menyesuaikan diri dan bersosialisasi
dengan lingkungan secara baik. Bimbingan ini dapat membantu anak dalam
memecahkan masalah-masalah pribadi sosial.
            2.      Bimbingan Belajar
            Merupakan
bimbingan yang diarahkan untuk membantu para anak dalam menghadapi dan
memecahkan masalah-masalah serta mencapai tujuan dan tugas pengembangan
pendidikan melalui kegiatan bermain sambil belajar yang mencakup pengembangan
kemampuan dasar dan pembentukan perilaku.
            3.      Bimbingan karir
            Bimbingan
yang membantu anak dalam perencanaan, pengembangan dan pemecahan
masalah-masalah karir, seperti pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas
kerja, pemahaman kondisi dan kemampuan diri, pemahaman kondisi lingkungan,
perencanaan dan pengembangan karir, penyesuaian pekerjaan, dan pemecahan
masalah-masalah karir yang dihadapi secara sederhana.
B.           
Pengelolaan
Pengelolaan didalam
pelaksanaan BK di PAUD maksudnya adalah bagaimana cara mengelola semua aspek
yang ada didalam pendidikan anak usia dini dengan tepat, baik dan sesuai dengan
karakteristik anak yang khas. Baik itu dari manajemennya didalam
structural  maupun dengan luar pihak
sekolah khususnya orangtua dan instansi terkait.
Pengelolaan yang tepat dan
baik mencakupi:
1.            
Organisasi, yang mana
dikoordinir oleh kepala sekolah dan dilaksanakan secara terpadu/holistic dengan
semua pihak didalam sekolah khususnya guru yang ada di PAUD juga
instansi terkait baik dinas pendidikan maupun pihak lain yang berkaitan dengan
perkembangan anak.
2.            
Uraian tugas
Dalam hal ini dari koordinasi
dari kepala sekolah dan kerjasama yang baik diberikan uraian tugas-tugas
seperti koordinator, supervisor dan yang menyediakan fasilitas dan tenaga yang
tepat dalam memberikan bimbingan dan konseling pada anak usia dini. Pada
umumnya pemberian bimbingan dapat dilakukan oleh guru juga orang tua anak
masing-masing. Hanya bagaimana cara menjalin kerjasama yang baik dan memiliki
persamaan visi dalam pelaksanaan. Agar apa yang diinginkan semua pihak dapat
terlaksana.
Disini tugas koordinator
adalah melaksanakan dan membuat program serta melaksanakannya. Sedangkan untuk
tugas supervisor adalah memonitor dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan
bimbingan konseling yang dilakukan. Lalu dari hasil monitoring dan pengawasan
tersebut baru bisa ditentukan penilaian atas apa yang terjadi dan bagaimana
tindak lanjut bimbingan dan konseling yang tepat dari permasalahan atau gejala
yang terjadi dalam perkembangan anak usia dini.
Diharapkan tidak adanya
penyamarataan dalam pola pembelajaran anak usia dini, karena hal ini dapat
menghambat bakat, minat, serta potensi anak. Upaya mengidentifikasi bakat dan
minat anak serta potensinya dapat mengarahkan pola pembelajaran yang tepat, juga
akan mencegah munculnya perilaku belajar yang salah (Suyadi, 2009:173).
3.          
Pengawasan
Pengawasan dalam bimbingan dan
konseling di PAUD dimaksudkan adalah merupakan suatu tindakan
preventif/pencegahan. Adapun kasus yang memerlukan penanganan khusus maka guru
BK yang sekaligus guru kelas yang merasa tidak mampu menyelesaikannya atau
memberi pertolongan sebaiknya merekomendasikan anak tersebut dibawa ke psikiater
yang lebih kompeten di luar lembaga PAUD (Suyadi, 2009:171).
Jenis pengawasan juga berarti
guru dan jajaran sekolah bersama-sama memantau, menilai, memperbaiki,
meningkatkan dan juga mengembangkan system pelayanan di sekolah dalam segala
aspek yang sesuai dengan   karakter anak
usia dini yang unik dan khas dan menjaga stabilitas pertumbuhan anak. Yang mana
secara teoritis terdapat lima aspek pertumbuhan anak, yaitu aspek
fisik-motorik, bahasa, kognitif, sosio-emosional, moral-spiritual (Suyadi, 2009:174).
4.      Sarana dan
prasarana
Sarana dan prasarana dalam penunjang
kegiatan bermain di PAUD bukan hanya untuk meningkatkan aspek perkembangan  yang ada pada anak usia dini, tapi juga
diharapkan bisa digunakan secara baik dan tepat. Sehingga pengelolaan sarana
dan prasarana sangat diperlukan bagi pendidikan anak usia dini, ini sesuai
dengan dunia anak yaitu bermain yang membutuhkan sarana dan prasarana yang
memadai.
5.      Kerjasama
Kerjasama diperlukan dalam
pengelolaan bimbingan konseling di PAUD. Kerjasama antara semua pihak
diharapkan, baik dari kepala sekolah, guru, dan juga pihak orang tua anak. Agar
apa yang diinginkan dsn direncanakan dapat dicapai secara maksimal.
C.          
Pelayanan
Agar pelayanan BK di PAUD tercapai,
ada beberapa jenis pelayanan yang dapat
dilakukan, antara lain:
1.            
Layanan pengumpulan data;
merupakan kegiatan mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik,
tentang lingkungan peserta didik dan lingkungan lainnya. Yang dapat dilakukan
dengan berbagai macam instrument, baik tes maupun no-tes. Dengan tujuan memahami
peserta didik dengan karakteristiknya dan karakteristik lingkungannya. Dan
pengumpulan data bertujuan untuk perkembangan peserta didik, bersifat
berkelanjutan, sistimatik, komprehensif, terpadu dan
bersifat tertutup. Adapun jenis data ada dua yaitu:
a.      
Data pribadi, meliputi:
·        
Latar belakang keluarga dan sosial;
·        
Kesehatan dan perkembangannya;
·        
Kemampuan dasar;
·        
Kemampuan khusus;
·        
Kepribadian;
·        
Prestasi belajar;
·        
Kegiatan diluar rumah;
·        
Rencana masa depan.
b.     
Data lingkungan
Maksud dari data lingkungan disini adalah
lingkungan yang ada pada anak itu, baik adat istiadat/kebudayaan (culture), yang mana tiap tempat memiliki
kebudayaan yang berbeda-beda.
Sedangkan untuk sumber data dapat
diambil dari siswa, orangtua, guru, kepala sekolah, teman, tetangga dan lainnya.
2.            
Layanan informasi; merupakan
layanan memungkinkan yang diberikan baik pada peserta didik dan orang tua agar
dapat menerima dan memahami berbagai informasi. Tujuan layanan informasi adalah
membantu peserta didik dan orang tua agar dapat mengambil keputusan secara
tepat tentang sesuatu, dalam bidang pribadi, social, belajar, bermain
berdasarkan informasi yang diperoleh memadai. Layanan ini berfungsi untuk
pencegahan dan pemahaman. Adapun jenis-jenis layanan
informasi adalah:
·        
Informasi pendidikan
·        
Informasi sosial
·        
Informasi media pendidikan
·        
Informasi kesehatan
·        
Informasi keagamaan
·        
Informasi hukum.
Sedangkan
untuk teknik yang digunakan dalam layanan informasi adalah: papan bimbingan,
brosur, lesflet, poster, ceramah, peninjauan, kliping koran, wawancara,
mendatangkan ahli dan lain-lain.
3.            
Layanan konseling; dimana
layanan ini bisa bersifat pribadi maupun kelompok. Dimana layanan konseling
pribadi bersifat untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dan pengembangan
diri, serta bertujuan untuk pengentasan dan advokasi. Sedangkan layanan
konseling kelompok  bersifat pemahaman
dan pengembangan yang bersifat social dalam mengambil keputusan/penyelesaian,
dan untuk pengembangan dan pemahaman. 
Ø 
Tujuan konseling yang dilakukan
adalah:
·        
Memberi bantuan yang intensif dalam
membina kemampuan, bakat, minat anak.
·        
Memecahkan kesulitan dan kelainan
khusus yang dihadapi konseling.
Ø 
Sasaran konseling:
·        
Orangtua atau anggota keluarga.
·        
Anak-anak yang mengalami kesulitan.
Ø 
Prinsip-prinsip konseling
·        
Menciptakan hubungan harmonis dengan
anak
·        
Adanya toleransi
·        
Menciptakan situasi aman dan
menyenangkan.
Ø 
Langkah-langkah konseling
·        
Identifikasi kasus
·        
Pengumpulan data
·        
Analisis data
·        
Diagnosa
·        
Prognosis adalah istilah medis untuk
menggambarkan kemungkinan akibat dari suatu penyakit.
·        
Terapi
·        
Evaluasi
·        
Tindak lanjut
4.            
Layanan penempatan; yaitu
layanan yang membantu peserta didik dan orang tua dalam memperoleh penempatan
dan penyaluran yang tepat baik didalam kelas (sekolah) maupun di rumah, baik
kelompok belajar/bermain, atau kegiatan-kegiatan yang
sesuai dengan minat bakat anak dan karakteritik anak tersebut.
Ø 
Tujuannya adalah: menempatkan anak
didik dalam keluarga/kelompok yang sesuai dengan bakat dan minat anak.
Melalui
saran-saran yang diberikan konselor kepada orang tua contohnya anak akan
meneruskan ke SD yang mana, seperti SD biasa, SD khusus atau SD luar biasa.
5.            
Layanan tindak lanjut; layanan
ini diberikan pada anak didik berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan oleh
guru. Dan layanan tindak lanjut ini disesuaikan dengan permasalahan atau anak
yang tidak mengalami masalah. Bila anak mengalami masalah maka sebaiknya
direkomendasikan kepada pisikiater untuk penanganan selanjutnya. Sedangkan anak
yang tidak mengalami permasalahan bisa meneruskan bimbingan dan konselingnya
secara kontinyu, terus-menerus dan berkelanjutan. Tindak lanjut sangat penting
untuk memperbaharui dan menilai profesionalisme konselor.
Dan dalam metode penanganan yang
dilakukan disesuaikan, apabila metode yang dilakukan dianggap berhasil maka
tindakan yang dilakukan selnjutnya adalah dengan melanjutkan metode  penanganan yang dilakkan sebelumnya, tetapi
bagi yang tidak berhasil dicari penyebabnya dan solusi atas kegagalan
penanganan tersebut.
Fungsi dari layanan tidak lanjut
adalah sebagai umpan balik bagi guru dan kepala sekolah, dan sebagai alat
evaluasi program untuk pelaksanaan program selanjutnya.
·        
Sesuai dengan ruang lingkup
bimbingan anak usia dini, beberapa contoh materi
layanan konseling karir di PAUD.
Komponen penting dalam
pemberian layanan konseling karir pada pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah :
a.  Pengetahuan diri (self knowledge)
1). Pengenalan pada pentingnya konsep
diri.
2). Ketrampilan untuk berinteraksi
dengan orang lain.
3). Kesadaran akan pentingnya
pertumbuhan dan pilihan.
b.  Eksplorasi pendidikan
dan okupasional ( educational and
occupational exploration)
1).  Kesadaran akan
peningkatan prestasi akademik.
2).  Kesadaran akan hubungan
antara pekerjaan dan belajar.
3).  Ketrampilan untuk
memahami dan mengunakan informasi karier.
4). Kesadaran akan pentingnya
tanggung jawab pribadi dan kebiasaan bekerja
c.   Perencanaan
Karier (Career Planning). meliputi :
1).  Memahami bagaimana untuk membuat keputusan.
2). Kesadaran akan hubungan dengan
dirinya sendiri dalam peran    kehidupan.
3). Kesadaran akan perbedaan
pekerjaan yang ada dan pilihan kerja yang sesuai untuk pria/wanita.
4).  Kesadaran akan proses dari perencanaan karir.
·        
Strategi Layanan
Konseling Karier di PAUD
:
a.     Pendekatan
Instruksional yaitu terpadu dengan kegiatan dalam proses belajar mengajar
secara kurikuler dalam mata pelajaran yang diajarkan melalui unit dengan
menetapkan tema – tema tertentu.
Contoh RKH :
Model Pembelajaran di PAUD yang menggunakan model
area. Siswa berhak memilih bidang pengembangan yang sesuai dengan minatnya.
Tema : Pekerjaan / Polisi
Guru membuka 4 area (Area Seni, Bahasa,
Balok dan Matematika/Berhitung)
Area  Seni : Anak mewarnai gambar
Polisi
Area Balok : Anak membuat bangunan
kantor polisi dari balok.
Area  Bahasa : Mengurutkan gambar
seri tentang tugas Polisi
Area Berhitung : Anak menghitung jumlah
alat/ atribut polisi.
Setelah diberi penjelasan oleh guru maka
anak dipersilahkan untuk memulai kegiatan sesuai dengan minat. Disini guru
mengamati masing- masing siswanuya. Apabila selalu anak untuk memulai kegiatan
yang dituju area yang sama maka guru bias menginformasikan pada orang tua bahwa
anaknya punya kecenderungan dalam hal tertentu.
b.  Pendekatan Interaktif
yaitu melalui kegiatan-kegiatan interaktif dilakukan di luar kegiatan belajar
mengajar dalam berbagai bentuk kegiatan seperti permainan, konsultasi, dinamika
kelompok, kerja kelompok . 
Contoh RKH:
Kegiatan dengan kerja kelompok. 
Tema tanaman : Anak PAUD disuruh
  dibagi menjadi 3 kelompok. Masing kelompok membawa 3 macam buah
yang berbeda. Kelompok A membawa Apel. Kelp. B : Membawa buah Jeruk dan Klp. C
membawa buah Salak. Masing-masing kelompok disuruh mencari cirri masing buah
yang dibawahnya. Kulitnya, warnanya, rasanya, bentuknya, buahnya, dan lain
sebagainya.
Kegiatan dengan permainan .
 Tema :Binatang. Guru mengajak anak-anak
bermain kucing dan tikus, atau bermain ular tangga.
Kegiatan Dinamika Kelompok : Guru mengajak
anak anak membuat lingkaran, lalu dengan lagu : Berjalan-jalan oo. …berjalan
didalam lingkaran 2X ada botol kosong diisi air gula, ada nenek ompong giginya
tinggal 4, maka tugas anak mencari teman dengan jumlah 4, tidak boleh lebih
/kurang yang tidak sesuai dengan angka yang disebut guru anak diberi hukuman
yang mendidik sesuai kesepakatan antara guru dan murid.
c.  Pendekatan dukungan
system yaitu dengan menciptakan suasana sekolah dan lingkungannya sedemikian
rupa sehingga secara tidak langsung telah memberikan suatu iklim yang menunjang
perkembangan siswa.
Contoh RKH : 
Tema pekerjaan : Lembaga (PAUD) bisa bekerja sama
dengan pasar (market) Anak diajak berbelanja di super market , anak memilih
sendiri barang yang akan dibeli dipandu petugas super market, anak melakukan
transaksi sendiri ( Untuk pengenalan pekerjaan :PEDAGANG).
Atau lembaga bisa bekerja sama dengan
Dinas Peternakan, anak diajak outbond dengan memerah susu sapi, disini anak
dikenalkan dengan profesi “PEMERAH SUSU“ dan masih banyak lagi.
d.  Pendekatan
pengembangan pribadi yaitu dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berkembang sesuai dengan kondisi dirinya. Pendekatan ini dapat dilakukan dengan
memberikan tugas –tugas individual, penelusuran minat dan kemampuan.
Contoh RKH: 
Tema : pekerjaan. Peserta didik diberi
tugas mencari gambar profesi sesuai cita-citanya di internet yang di cetak dan
dipigura dengan bagus/rapi.(Catatan : Anak dibantu keluarganya di rumah). Atau
peserta didik diberi tugas mengamati atau menanyakan tugas orang tua ( Ibu
sebagai ibu rumah tangga, atau Ayah sebagai  seorang yang mempunyai
profesi ) lalu mereka disuruh menceritakan kedepan kelas. Yang berani bercerita
dapat bintang.
·        
Konseling Kelompok , dalam
konseling kelompok anak PAUD
perlu mengikuti tahap-tahap berikut :
a.    Tahap
pembentukan, meliputi perencanaan awal: apa saja yang menjadi kebutuhan anak,
siapa saja yang ada dalam kelompok, jumlah anggota kelompok, kapan  waktu
pelaksanaan dimulai dan berakhir.
b.    Tahap
eksplorasi, dalam tahap ini anak-anak dilatih untuk menyadari dan mengerti
perasaan dan tingkah laku dirinya dan orang lain.
c.     Tahap
transisi, tahap dimana seorang anak menghadapi kecemasan dan konflik mereka
selama mereka memualai memecahkan masalahnya.
d.    Tahap
pelaksanaan, pada tahap ini anak-anak dilatih untuk melihat beberapa
alternative tingkah lakunya dan untuk memecahkan masalah.
e.     Tahap
terakhir, tahap yang terakhir untuk anak-anak melakukan apa yang mereka telah
pelajari kedalam praktek.
Apabila menggunakan bimbingan kelmpok
dapat menggunakan teknik sosiadrama, bermain peran, menggambar, bermain music,
bercerita, membaca buku di perpustakaan. 
D.      Teknik pengumpulan data
Data
adalah segala keterangan atau informasi mengenai hal yang berkaitan dengan
tujuan penelitian. Data yang dikumpulkan dalam penelitian haruslah relevan
dengan apa yang menjadi obyek penelitian. Agar diperoleh data yang benar-benar
relevan tersebut, perlu ada metode yang tepat untuk mengungkapnya. Adapun
teknik mencari data ada dua cara yaitu: dengan tes dan non tes.
v  Tes
Tes
merupakan suatu metode penelitian psikologis untuk memperoleh informasi tentang
berbagai aspek dalam tingkah laku dan kehidupan psikologis seseorang, dengan
menggunakan pengukuran (measurement) yang menghasilkan suatu deskripsi
kuantitatif tentang aspek yang diukur.
Alat tes
yang digunakan untuk pengumpulan data (himpunan data) harus yang
distandardisasikan (stantardizet test) dalam arti cara penyelenggaraan
tes, cara pemeriksaannya, dan penentuan norma penafsirannya seragam. Selain itu
juga harus memiliki validitas dalam arti ada kesesuain antar
apa yang diukur (diteliti) dalam tes dengan aspek yang direncanakan untuk
diukur melalui tes tersebut. Alat tes yang digunakan dalam himpunan data juga
harus memiliki reliabilitas dalam arti  ada keajegan dalam hasil yang
diperoleh apabila seseorang mengerjakan suatu tes pada waktu yang berlainan.
Tes
sebagai alat pengumpulan data digunakan dengan tujuan untuk:
a)
memperkirakan (prediktif) tentang taraf prestasi atau corak perilaku di
kemudian hari. b) mengadakan seleksi untuk menerima atau menempatkan individu
pada posisi tertentu. c) mengadakan klasifikasi untuk menentukan dalam kelompok
mana seseorang sebaiknya dimasukan untuk mengikuti suatu program pendidikan
tertentu, bekerja dalam jabatan tertentu, atau dikenai program rehabilitasi
tertentu, d) mengadakan evaluasi tentang program-program studi, proses
pembelajaran, dan lain sebagainya.
Adapun
macam tes yang dilakukan adalah:
c.      
Tes bakat
Tes ini digunakan untuk mengukur
taraf kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mata pelajaran tertentu, program
pendidikan vokasional tertentu,  atau bidang karier tertentu. Tes ini
lingkupnya lebih terbatas dari kemampuan intelektual.
d.     
Tes minat
Tes ini digunakan untuk mengukur
kegiatan-kegiatan apa yang paling diminati siswa. Selain itu, juga untuk
membantu siswa dalam memilih jenis karier yang sesuai dengan karakteristik
kepribadiannya.
e.      
Tes kepribadian
Tes ini digunakan dalam himpunan
data untuk mengukur ciri-ciri kepribadian tertentu pada siswa seperti karakter,
temperamen, corak kehidupan emosinal, kesehatan mental, relasi sosial dengan
orang lain dan bidang-bidang kehidupan yang menimbulkan kesukaran dalam
penyesuaian diri. Termasuk dalam tes ini adalah tes-tes proyektif yaitu tes
untuk mengukur sifat-sifat kepribadian  seseorang melalui
reaksi-reaksinya terhadap suatu kisah, gambaran, atau suatu
kata.  Tes ini diadministasikan oleh psikolog. Angket kepribadian
untuk mengukur ciri kepribadian seseorang (siswa) melalui analisis-analisis jawaban
tertulis atau sejumlah pertanyaan untuk menentukan suatu pola sikap, motivasi,
dan reaksi emosional yang khas pada seseorang
f.      
Tes kecerdasan/intelegensi (IQ)
Intelegent
quotient atau IQ ialah angka yang mana
menjelaskan tingkat kecerdasan seseorang yang dibandingkan dengan sesamanya
dalam satu populasi. Definisi asli dari IQ adalah mengukur kecerdasan dari
anak-anak ketika: IQ adalah sebuah rasio dari umur secara mental dibagi umur
secara fisik dan dikalikan dengan angka 100. Umur secara mental dihitung
berdasarkan dasar dari rata-rata hasil di dalam sebuah tes yang dibagi dalam
setiap kategori umum.
Terdapat dua jenis dari test IQ:
1)      Verbal - Jenis ini menentukan tingkat
kemampuan untuk menemukan konsep umum dari contoh yang disajikan: "anjing,
kucing, singa = hewan", menentukan konsep yang tidak berkaitan dengan
kelompok: "burung, kelinci, monyet, mobil", menemukan keteraturan
dalam angka-angka: "11,12,14,17,21", memecahkan deretan angka, dan
lain-lain. 
2)      Non-verbal - Ini adalah tes yang didesain
untuk mengukur kemampuan dalam membentuk kubus, mengorganisasikan gambar-gambar
dari waktu tertentu dan urutan logika, membangun bentuk-bentuk dari
bagian-bagian tertentu, dan lain-lain. Beberapa tes ini sering kali ditujukan
untuk menjelajahi pikiran abstrak anak, atau yang kompleks maupun yang
mendetail. 
Ketika menentukan untuk mengambil sebuah tes IQ, baik secara fisik
maupun mental anak haruslah terasa santai, dan lakukanlah secara serius, yang
mana akan membawa anak menjadi terkonsentrasi secara penuh. 
Dalam melakukan tes diatas tidak sembarang orang atau pihak
yang melakukannya. Yang berhak untuk melakukan tes bakat, minat dan
intelegensi/IQ adalah orang-orang yang memiliki sertifikat khusus yang kompeten
dibidangnya. Sehingga diperlukan kerjasama pihak sekolah dengan lembaga
pendidikan/tertentu yang memiliki kewenangan dibidang tersebut.
v  Non
tes
Yang termasuk alat dalam nontes adalah: 
a.       Wawancara
Dalam wawancara komunikasi
dilakukan secara lisan.Wawancara ada yang bersifat langsung dan yang bersifat
tidak langsung, dan berdasarkan pedoman wawancara. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam melakukan wawancara untuk mengumpulkan data anak adalah: 1)
pembimbing hendaknya dapat menciptakan situasi yang bebas, terbuka dan
menyenangkan, sehingga anak dapat secara bebas dan terbuka memberikan jawaban
(keterangan). 2) pertanyaan yang diajukan diajukan hendaknya disusun secara
sistematis sehingga mudah dipahami oleh anak. 3) jawaban atau keterangan yang
telah diberikan oleh anak segera dicatat. 
Untuk pendidikan anak usia dini
wawancara biasa dilakukan pada anak dan juga orang tua. Cara melakukan
wawancara dengan anak disesuaikan dengan bahasa anak yang mudah dipahami, dan
biasanya dilakukan sambil anak bemain di lingkungan sekolah (ruangan),
sedangkan untuk orang tua anak, wawancara yang dilakukan harus detail dari
kebiasaan anak dirumah dan lingkungan rumah, karakter orang-orang disekitarnya
dan sebagainya. Diharapkan wawancara yang dilakukan pada orang tua dan anak
lebih mendetail sehingga data yang ingin diketahui tentang anak tersebut dapat
diperoleh secara maksimal sebagai penunjang dalam melakukan tindakan
selanjutnya.
b.      Observasi
Metode observasi adalah metode
pengumpulan data dengan cara mengamati dan memperhatikan obyek penelitian baik
secara langsung maupun tidak langsung yang berpedoman pada pedoman observasi, serta
mangadakan pencatatan tentang hasil pengamatan tersebut secara sistematis.
Bogdan
dan Moleong menyebut sebagai
pengamatan berperan serta, yakni peneltian yang bercirikan interaksi social
antara peneliti dengan subjek, membuhkan waktu yang cukup lama dalam lingkungan
subjek dan selama pengamatan itu data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan
secara sistematis.
c.       Angket
Angket memuat sejumlah item
pertanyaan yang harus dijawab oleh responden (siswa). Pengumpulan data melalui
angket, komunikasi antara pembimbing dengan anak dilakukan secara tertulis,
sehingga anak pun menjawab secara tertulis pula. Dengan perkataan lain, data
yang akan dikumpulkan dijabarkan dalam bentuk pertanyaan tertulis. Angket ada
yang bersifat langsung dan tidak langsung. Untuk anak usia dini angket biasanya
diberikan pada wali murid atau orang tua anak, ini dikarenakan anak usia dini
belum bisa menulis dan membaca serta memahani pertanyaan yang diberikan secara
tertulis. Sedangkan menurut macamnya angket terbagi atas:
·        
Angket terbuka
Angket
terbuka (open questionaire),
merupakan bentuk angket yang pertanyaan dan pernyataannya memberi kebebasan kepada responden untuk memberikan
jawaban dan pendapatnya sesuai dengan keinginan
mereka.
·        
Angket tertutup
Angket
tertutup (closed questionnaire),
adalah angket yang pertanyaan dan pernyataannya tidak memberi kebebasan kepada
responden untuk menjawabnya sesuai dengan pendapat dan keinginan mereka.
·        
Angket terbuka dan
tertutup/semi terbuka
Angket semi terbuka (semi open questionnaire), yaitu bentuk angket yang pertanyaan atau
pernyataannya berbentuk tertutup, tetapi diikuti pertanyaan terbuka.
 Contoh Angket Semi Terbuka :
            Apakah
anak anda mempunyai kebiasaan yang buruk saat tidur ?
            Ya                                                                   Tidak
            Jika
ya ataupun tidak, berikan alasan anda. 
d.      Catatan
anekdot
Catatan anekdot merupakan laporan
singkat tentang berbagai kejadian atau perilaku tentang anak dan membuat
deskrifsi objektif tentang perilaku anak pada saat tertentu. Atau merupakan
suatu bentuk catatan peristiwa yang dianggap penting dalam suatu situasi
tentang anak baik bersifat individual maupun kelompok. Peristiwa tersebut
merupakan data bagi anak yang bersangkutan dan sangat diperlukan untuk
memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada mereka. Peristiwa-peristiwa
itu dapat terjadi secara insedintil tanpa dapat diramalkan terlebih dahulu.
Catatan anekdot ada dua bentuk,
yaitu : 1) catatan anekdot insidentil, yang digunakan untuk mencatat berbagai
peristiwa yang terjadi secara insidentel baik yang bersifat individu maupun
kelompok. 2) catatan anekdot periodik, yang digunakan untuk mencatat berbagai
peristiwa tertentu yang terjadi secara insidentil dalam suatu periode tertentu.
Catatan anekdot yang baik harus
memuat unsur-unsur : nama anak, tanggal observasi, tempat observasi, situasi
dimana peristiwa atau kejadian diobservasi, kelas anak, deskrifsi singkat
tentang tindakan-tindakan  yang diamati beserta reaksi orang lain
terhadap perbuatan anak, apabila diberikan interpretasi, komentar atau
rekomendasi ditulis kolom tersendiri yang terpisah dari kolom yang membuat
deskrifsi, dan nama pengamat.
Contoh kejadian khusus antara lain :
v Anak yang biasanya pendiam menjadi
periang
v Anak yang biasanya pemurung tiba-tiba menjadi ceria
v Anak yang biasanya riang tiba-tiba menjadi pendiam, dan
sebagainya.
1)       
Catatan
khusus mengenai peristiwa atau perilaku anak sebaiknya
ditulis secara uraian, objektif dan faktual
(apa adanya), dan tidak menggunakan interpretasi (penafsiran) dan asumsi (dugaan). Interpretasi dilakukan setelah
mengkaji peristiwa yang terjadi. Hal inilah yang sering menyulitkan pendidik, karena harus membuat catatan faktual,
sementara juga harus membuat
interpretasi obyektif dari peristiwa yang timbul atau perilaku yang ditampilkan oleh anak.
Contoh format catatan anekdot.
CATATAN ANEKDOT
Pengamat : Ima
Pengamat : Ima
Nama                                                                      : Dina, 3 tahun                    
Kelompok                                  : Bintang Kecil
Hari, Tanggal : Rabu, 20 Nopember 2004                         
Lokasi                                                                     : Kebun Sekolah
Waktu : 08.30 – 09.00
Peristiwa        :
Rita sedang memetik jagung. Dina datang
menghampiri dengan membawa keranjang. Dina mengatakan kepada Rita, “Pakai keranjangku
aja untuk masukin jagungnya”. Rita menoleh kepada Dina. ‘Iya, “ kata Rita. Mereka pun kemudian
memetik jagung bersama-sama dan memasukkan ke dalam keranjang.
Komentar (interpretasi) pendidik:
Dina biasanya pendiam, dan jarang
memperhatikan temannya. Agaknya, kepedulian Dina mulai tumbuh. Kepedulian tersebut menunjukkan
perkembangan sosial emosional. Dina memerlukan dukungan untuk pengembangan kemampuan tersebut, antara lain
dengan sering mengajak
Dina bermain dengan teman sebaya, terutama ketika berada di lingkungan keluarga atau tempat
tinggal.
e.      
Sosiometri 
Metode Sosiometri
adalah suatu metode pengumpulan serta analisis data mengenai pilihan komunikasi
dan pola interaksi antar individu dan kelompok. dapat dikatakan bahwa
sosiometri adalah kajian dan pengukuran pilhan sosial, sosiometri disebut juga
sebagai sarana untuk mengkaji "tarikan" (traction) dan
"tolakan" (repulsion) anggota-anggota suatu kelompok. Dalam hal
ini melihat kedudukan anak dalam hubungan sosial, apakah dari intensitas anak
bergaul dan juga populeritas anak dalam lingkungan sekitarnya yang perlu
diamati/diketahui.
ü 
Tes Sosiometri ada dua macam,
yaitu :
o  
Tes yang mengharuskan untuk
memilih beberapa teman dalam kelompok sebagai pernyataan kesukaan untuk
melakukan kegiatan tertentu ( criterium ) bersama-sama dengan teman-teman yang
dipilih.
o  
Tes yang mengharuskan menyatakan
kesukaannya atau ketidaksukaannya terhadap teman-teman dalam kelompok pada
umumnya.
            Tes
sosiometri jenis pertama paling sering digunakan di institusi-institusi
pendidikan dengan tujuan meningkatkan jaringan hubungan sosial dalam kelompok,
sedangkan jenis yang kedua jarang digunakan, dan inipun untuk mengetahui
jaringan hubungan sosial pada umumnya saja.
ü 
Kegunaan Sosiometri dapat
dipergunakan untuk:
1.     
Memperbaiki hubungan insani.
2.     
Menentukan kelompok kerja.
3.     
Meneliti kemampuan memimpin
seseorang individu dalam kelompok tertentu untuk suatu kegiatan tertentu.
4.     
Mengetahui bagaimana hubungan
sosial / berteman seorang individu dengan individu lainnya.
5.     
Mencoba mengenali problem
penyesuaian diri seorang individu dalam kelompok sosial tertentu.
6. Menemukan individu mana yang diterima / ditolak dalam
kelompok sosial tertentu.
Adapun langkah-langkah yang harus
ditempuh adalah:
·        
Membuat angket
·        
Membuat tabulasi arah pilihan
·        
Membuat sosiogram
·        
Analisis sosiogram
f.      
Pemeriksaan kesehatan.
g.      Home visit (kunjungan
rumah)
Layanan Home visit : merupakan salah satu
layanan pendukung dari kegiatan bimbingan dan konseling yang dilakukan guru
pembimbing atau wali kelas dengan mengunjungi orang tua/tempat tinggal siswa.
Kegiatan dalam kunjungan rumah dapat berbentuk pengamatan dan wawancara, terutama
tentang kondisi rumah tangga, fasilitas belajar, dan hubungan antaranggota
keluarga dalam kaitannya dengan permasalahan siswa. Masalah siswa yang dibahas
dapat berupa bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan bidang bimbingan
karier.
h.      Case comference
(konprensi kasus)
Studi kasus merupakan suatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena
di dalam konteks kehidupan nyata, bilamana batas-batas antara fenomena dan
konteks tak tampak dengan tegas, dan dimana multisumber dimanfaatkan. (Yin,
2008:18). Metode ini merupakan integrasi dari data
yang diperoleh dengan metode-metode lain. Dengan metode studi kasus ini konselor
bisa mendapatkan tinjauan yang mendalam. Studi kasus akan mempermudah konselor
sekolah untuk membantu memahami kondisi siswa seobyektif mungkin.
E.           
Penilaian BK di PAUD
Penilaian
BK di PAUD memiliki tujuan dan metode-metode yang harus dilaksanakan. Antara
lain:
·        
Tujuan penilaian BK di
PAUD:    
a.       Mengetahui
hasil pelaksanaan program;
b.      Memperkuat
prioritas  program;
c.       Melengkapi
bahan informasi dan data;
d.      Dasar
informasi utk menghadapi kritik dari 
orang tua dan masyarakat.
·        
Metode yang
dilaksanakan dalam penilaian BK di PAUD: 
a.       Observasi
terhadap anak-anak;
b.      Angket
kepada orang tua;
c.       Wawancara
terhadap anak dan orang tua;
d.      Pemeriksaan:
ahli medis, psikolog dan konselor;
Pengamatan (observe) terhadap proses
ditujukan kepada siswa dan juga terhadap guru BK yang menjadi kolaborator. Data
yang dikumpulkan berkaitan dengan aktivitas dalam proses pembelajaran dan
pendapat ataupun sikap mereka terhadap pembelajaran yang mereka ikuti, apabila
data telah dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah memaparkan data. Pemaparan
data merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menjelaskan berbagai data yang
berhasil direkam dalam penelitian, baik data proses maupun hasil. Pemaparan
data tersebut harus mengacu kepada indicator keberhasilan hasil maupun proses.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika pendidik
melakukan penilaian, antara lain:
a.        
Dokumentasikan seluruh kejadian secepatnya atau ketika
peristiwa sedang terjadi. Halinipenting dilakukan mengingat keterbatasan memori untuk
mengingat kembali hal-hal yang telah terjadi sepanjang hari bersama anak. Di samping itu,
ketepatan dan kecepatan pendokumentasian sangat mempengaruhi akurasi dari proses
dan hasil evaluasi. Oleh karena itu, pendidik hendaknya memiliki beberapa strategi
pendokumentasian, antara lain :
o  
Menggunakan potongan-potongan kertas kecil yang dapat
digunakan untuk mencatat peristiwa yang dialami oleh setiap
anak.
Contoh:
| 
Ani (Kelp. Bintang
  Kejora)        
Jumat, 18 Januari
  2010 | 
Rio (2 tahun) 
Kamis, 1 Desember 2009 | |
| 
Mengembalikan balok 
Mencuci tangan 
Mengambil makanan dari
  tas | 
Perilaku **** 
Bahasa *** 
Kemandirian 
**** | |
| 
(ukuran kertas 10 cm x 10cm) | 
(ukuran kertas 10 cm x 10cm) | 
Gambar
Potongan Kertas Sebagai Alat Bantu Pencatatan
o  
Menggunakan
simbol-simbol tertentu pada papan atau kertas yang ditempel di dinding sebagai pengingat peristiwa yang dialami oleh anak. Contoh
berikut ini menunjukkan berbagai simbol yang
digunakan oleh pendidik sebagai pengingat.
Contoh:
| 
Jawaban anak-anak                                        No. Absen anak | 
| 
Fungsi Rumah : 
1.       Biar nggak kehujanan                     (2)                     
2.      
    Biar
    nggak dikejar hantu               (8)           
3.         | 
| 
Kamis, 7 oktober 2006. Tema Rumahku  | 
Gambar potongan kertas berisi
catatan sebagai Pengingat Hasil Usaha Anak 
o  
Membuat sketsa hasil
karya anak yang sulit dicatat atau dideskripsikan dengan kata-kata, misalnya bangunan balok, dan sebagainya. Dengan demikian, tahap perkembangan anak dalam
suatu aspek dapat dicatat, diketahui, untuk kemudian ditindaklanjuti dengan
tepat secepat mungkin, sehingga anak dapat mencapai tahap perkembangan yang
lebih tinggi.
Contoh pencatatan dengan sketsa gambar
di dalamnya
| 
Boby kel. Kartini 
(Senin,4 Januari 2004) 
Bermain Balok 
Kata Bobi : “Aku bikin stasiun kereta api
    banyak" | 
Gambar Potongan kertas berisi
hasil usaha anak
b.     
Dokumentasikan
seluruh elemen termasuk lokasi kejadian, waktu, dan
peristiwa yang sedang terjadi 
c.      
Dokumentasikan kata-kata yang diucapkan anak bilamana
memungkinkan.
Contoh
:                                
v  Kata Ida, “Bu, Rina memukul tanganku”
v  Kata Ari, “Pak, tadi aku dibantu Adi mengambil balok”
d.     
Dokumentasikan kata-kata atau perilaku orang lain yang ada
di sekitar lokasi kejadian
e.      
Dokumentasi harus bersifat obyektif, akurat, dan lengkap
f.       Dalam melaksanakan penilaian, ada beberapa prosedur yang
perlu diperhatikan, antara lain
:
ü  Mengacu pada tingkat pencapaian
perkembangan dan indikator serta prinsip-prinsip penilaian. Dalam hal ini dapat digunakan
Permendiknas No. 58 Tahun 2009 tentang Standar PAUD dan Permendiknas No. 16 Tahun 2009
tentang Tata Laksana Penilaian Taman kanak-kanak.
ü 
Dilakukan
secara integratif dengan kegiatan pembelajaran
ü  Melakukan pencatatan hasil penilaian
harian. Hal ini biasanya diintegrasikan dengan rencana kegiatan harian. Demikian pula dengan
teknik penilaian yang digunakan, hendaknya dicantumkan dalam rencana kegiatan
harian. (Lihat Modul perencanaan Pembelajaran)
Waktu penilaian dilakukan sejak anak datang, ketika bermain dan
pulang kembali. Dengan demikian, penilaian
dilakukan sepanjang waktu, ketika anak sedang berada di lembaga PAUD. Sebenarnya, orangtua dapat melanjutkan proses
evaluasi di rumah, sehingga informasi mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak dapat lebih komprehensif.
Untuk melakukan hal tersebut, perlu
adanya buku penghubung atau buku komunikasi antara pendidik dan orangtua, yang
dapat memberikan ruang bagi aktivitas anak di sekolah maupun di rumah. Format yang digunakan dalam buku penghubung
dapat dikembangkan sendiri oleh masing-masing
lembaga.
Contoh Format Buku Penghubung
Sebagai Berikut:
| 
Nama anak                                : | ||||
| 
Kelompok                                : | ||||
| 
Hari, Tanggal                                : | 
: | |||
| 
: | 
Catatan di rumah | |||
| 
Aktivitas
  anak di sekolah | 
Akivitas Anak | 
: | ||
| 
Catatan perkembangan anak | 
: | |||
| 
Foto aktivitas anak di sekolah | 
: | 
Foto aktivitas anak (bila ada) | 
: | |
| 
Saran
  bagi Orangtua | 
: | 
Catatan bagi Pendidik | 
v  Catatan berkesinambungan (running record)
Catatan ini memuat kejadian secara rinci dan berurutan. Pendidik mencatat
semua kejadian atau
perilaku yang terus menerus yang dilakukan anak itu. Catatan berkesinambungan
berbeda dengan
catatan anekdot karena catatan berkesinambungan mencatat semua perilaku anak
bukan hanya sekedar peristiwa-peristiwa tertentu saja, dan pencatatan dilakukan
langsung, tidak menunda kemudian setelah pembelajaran selesai.
Contoh catatan berkesinambungan sebagai berikut.   
CATATAN BERKESINAMBUNGAN
Nama anak : Tika, 5 tahun
Hari, tanggal :
Kamis, 6 Pebruari 2003
Pengamat : Raditya
| 
Waktu | 
Kegiatan | 
Peristiwa | 
Evaluasi | 
| 
08.00 – 08.15 | 
Penyambutan anak | 
Tika datang dengan diantar ayahnya menggunakan sepeda motor | |
| 
08.15 – 08.10 | 
Tika menyalami tanpa memandang bu guru 
Tika memanyunkan bibirnya Tika berlari ke dalam kelas dan tasnya
  ke dalam loker hingga
  seluruh isi tas terjatuh keluar dari
  dalam tas | 
Tika tampaknya Sedang mengalami sesuatu  peristiwa 
Yang  kurang menyenangkan | |
| 
08.10 – 08.20 | 
Berman bebas | 
Tika         berlari                 menuju             halaman 
sekolah. Ana dan Ratih memanggil namanya tetapi Tika tidak menyahut. Tika menuju ke ayunan dan bermain sendiri. Tiba-tiba Tika menangis. | 
Bu   guru   mendekati Tika dan menanyakan alasan Tika menangis.  
Tikamenjawab,”Bonekakudirusak adik. Aku marah, tapi mama malah marahin a ku”. 
Tika sedang bersedih Tika             habis    dimarahi mamanya 
Tika butuh media Katarsis untukmenetralkan emosinya | 
v  Catatan spesimen (Specimen Records)
Catatan spesimen hampir mirip dengan catatan berkesinambungan tetapi
lebih rinci. Catatan ini sering
digunakan oleh pendidik yang menginginkan uraian lengkap dari suatu perilaku khusus anak, misalnya perilaku yang berkaitan
dengan emosi anak. Sementara catatan berkesinambungan
lebih sering digunakan untuk mencatat perilaku anak secara umum, dengan tidak formal. Pendidik yang membuat specimen
records bukan orang yang sedang terlibat dalam kegiatan kelas dan harus menjaga jarak dari anak.
Seperti catatan berkesinambungan, specimen records
dilakukan dengan cara menulis secara naratif perilaku atau peristiwa saat
terjadi, tetapi uraian itu biasanya
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya seperti waktu, anak, dan penataannya. Rincian peristiwa yang akan
dicatat tergantung pada tujuan pengamatan.
Waktu melakukan pencatatan spesimen ditentukan sendiri oleh pendidik,
tergantung dari perilaku
yang akan diamati secara khusus, misalnya :
- Saat melingkar (circle
time)
- Saat pijakan
sebelum main
Contoh catatan specimen
CATATAN SPESIMEN
Nama
anak         : Hendro, 2 tahun
Hari, tanggal            : Kamis, 6 Pebruari 2003
Waktu                  :
Pengamat            :
Raditya
Pengamatan I           : 12 Januari 2012
| 
Aspek | 
Kegiatan | 
Peristiwa | 
Evaluasi/Interpretasi Pendidik | 
| 
Pengamatan
  I | 
Materi pagi | 
Hendro
  keluar lingkaran | 
Hendro belum | 
| 
Lingkaran        besar – | 
besar,
  sementara teman- | 
mengikuti
  bacaan doa | |
| 
Nilai-nilai | 
Berdoa
  bersama | 
temannya
  mengikuti bacaan | |
| 
Agama dan | 
doa dari bu
  guru. Ketika | 
Hendro belum | |
| 
Moral | 
ditanya guru Hendro
  mengatakan, “Capek,
  duduk terus...” | 
Nyaman berada dalam lingkaran besar yang berposisi d | 
| 
Aspek | 
       Kegiatan | 
             Peristiwa | 
Evaluasi/Interpretasi Pendidik | 
| 
Pengamatan II 
Nilai-nilai Agama dan Moral | 
Bermain di Sentra Persiapan | 
Hendro membaca Basmalah, kemudian
  Hendro menggunting kertas dengan pola lurus. Guntingan Hendro tepat di
  atas garis lurus | 
Hendro bisa membaca doa sebelum beraktivitas Motorik halus Hendro sedang berkembang | 
| 
Pengamatan III 
Nilai-nilai Agama dan Moral | 
Bermain di Halaman | 
Hendro       bermain      kejar‑ 
kejaran.     Tidak    ada  aktivitas berdoa | |
| 
Pengamatan IV 
Nilai-nilai Agama dan Moral | 
Makan Bersama | 
Hendro
  duduk di kursi kecil, dekat meja, bersiap untuk 
berdoa.     Hendro     membaca 
doa           sebelum         makan, 
memimpin
  teman-temannya | 
Hendro berani 
memimpin teman‑ 
teman-temannya. 
Hendro sudah 
mampu membaca 
doa sebelum makan | 
v  Time sampling
Metode time sampling memerlukan pengamatan yang
menunjukkan kekerapan suatu perilaku terjadi. Perilaku harus terjadi sering, berulang-ulang, dalam waktu yang
singkat. Misalnya: perilaku berteriak-teriak, memukul
atau menangis dapat diamati dan dihitung dengan mudah. Time sampling merupakan metode yang sangat berguna jika
digunakan untuk mengamati anak dengan alasan-alasan berikut :
i.        
Membutuhkan
waktu dan usaha yang tidak terlalu banyak dibandingkan catatan narasi.
ii.      
Lebih
obyektif dan terkontrol karena perilaku yang diamati spesifik dan dibatasi.
iii.     
Memungkinkan
pengamat mengumpulkan data dari sejumlah anak ataupun sejumlah perilaku
dalam satu kali waktu pengamatan.
iv.    
Memberikan
informasi yang berguna dalam interval waktu dan frekuensi dari perilaku tertentu.
v.      
Memberikan
hasil kuantitatif yang berguna untuk analisis statistik.
Contoh catatan time sampling
TIME SAMPLING
Nama
anak   : Nanda, 2 tahun
Hari, tanggal :
Kamis, 9 Mei 2003
Pengamat      : Roni
| 
PERILAKU | 
KEMUNCULAN SETIAP 5MENIT (Men it ke-1 s.d ke-5) | 
JUMLAH
  KEMUNCULAN (Menit ke-1 s.d ke-5) | 
CATATAN PERISTIWA | ||||||||
| 
1’ | 
2’ | 
3’ | 
4’ | 
5’ | 
1’ | 
2’ | 
3’ | 
4’ | 
5’ | ||
| 
Memukul | 
1 | 
2 | 
2 | 
0 | 
0 | 
5 | 
4 | 
3 | 
0 | 
0 | 
Memukul pada 5 menit pertama, kedua, dan 
ketiga,
  lalu berhenti. Pada 5
  menit pertama, memukul
  sebanyak 5 kali, kemudian 4 kali dan
  3 kali. | 
v  Event sampling
Event sampling adalah suatu metode yang memberikan kesempatan kepada
pengamat untuk menunggu dan kemudian mencatat perilaku khusus yang sudah
dipilih lebih dulu. Event sampling digunakan untuk mempelajari kondisi di
mana perilaku tertentu terjadi atau sering terjadi. Keuntungan menggunakan event sampling adalah :
i.          
Mencatat peristiwa
dengan utuh, sehingga membuat analisis lebih mudah
ii.        
Lebih obyektif
dibandingkan metode yang lain, karena perilaku telah ditentukan sebelumnya
iii.       
Sangat menolong
untuk menguji perilaku yang tidak sering terjadi
iv.      
Pengamat terlebih
dulu perlu menentukan perilaku yang ingin diamati, kemudian mempersiapkan setting yang memungkinkan perilaku itu
muncul dan akan digunakan untuk mengamati perilaku tersebut.
Pengamat perlu mengambil posisi yang nyaman bagi dia untuk mengamati, menunggu
sampai muncul perilaku tersebut dan mencatatnya.
v.           
Pencatatan dapat
dilakukan dalam berbagai cara, tergantung dari tujuan pengamatan. Jika pengamat sedang mempelajari penyebab atau hasil dari
perilaku tertentu, makamenggunakan ”ABC” Analisis
(Bell & Low). Analisis Attitude,
Behavior, Consequence (ABC) merupakan
uraian singkat dari peristiwa keseluruhan, yang dibagi menjadi tiga bagian (perilaku pencetus, perilaku, konsekuensi). Setiap saat
peristiwa terjadi, saat itu juga dicatat.
EVENT
SAMPLING
Nama     :                               Usia                   :
Sentra    :                               Tanggal             :
Pengama:  ............................ Waktu               :
Perilaku                                                      :          Mencubit teman 
sampai
menangis
| 
Waktu | 
Peristiwa Pencetus | 
Perilaku | 
Konsekuensi | 
| 
8.10 | 
Doni menyusun balok      menjadibangunan.                             Mario 
Mengambil
  balok 
Doni. | 
Doni                  membentak 
Mario,            kemudian 
mencubit        tangan 
kanan Mario | 
Mario          menjerit  kemudian 
menangis.         Guru                 mendatangi 
mereka               berdua,     lalu 
menasehati    keduanya     dan 
mengajak      untuk     saling 
memaafkan | 
| 
9.15 | 
Doni
  bermain ayunan. Dita 
menghentikan 
ayunan Doni | 
Doni     turun         dari 
ayunan      kemudian 
berkacak       pinggang. 
Doni membentak Dita dan mencubit lengan kirinya | 
Dita          menangis       keras.  Guru 
menenangkan                 serta 
menasehati      keduanya dan 
mengajak         untuk  saling 
menyayangi dan
  memaafkan. | 
v  Daftar cek (checklist)
Daftar cek
adalah instrumen yang disusun berdasarkan aspek dan indikator perkembangan sesuai kelompok usia, ada yang menggunakan skala nilai
adapula yang tidak. Skala nilai bisa dua pilihan, misalnya (1-2), atau lebih dari dua (1 sampai 4), sedangkan yang
tidak menggunakan skala nilai dapat dua
pilihan(ya/tidak, sudah/belum) atau lebih dari dua pilihan (tidak pernah,
kadang-kadang, sering) ataupun yang lainnya.
Contoh tanpa skala nilai
FORMAT EVALUASI PERKEMBANGAN HARIAN
Usia 2-3 tahun
Usia 2-3 tahun
Nama : Zulaiha, 2 tahun
Kegiatan : Materi Pagi
| 
No. | 
Aspek Perkembangan | 
Indikator | 
Pencapaian | |||
| 
Tidak Pernah | 
jarang | 
sering | 
Selalu | |||
| 
1.    | 
Fisik Motorik | 
Anak    dapat    berjalan 
berjinjit | 
√ | |||
| 
Anak dapat berjalan di atas titian keseimbangan | 
√ | |||||
| 
2.    | 
Bahasa | |||||
| 
3.    | 
Sosial emosional | |||||
| 
4.    | 
dst | |||||
Contoh
2. Dengan menggunakan skala nilai
Format
Pengamatan Perkembangan Bahasa
Anak Usia 4-5 Tahun
Anak Usia 4-5 Tahun
Nama anak      :
Usia     :
Kelompok       :
Berilah tanda cek (√) pada kolom yang berisi angka 1, 2, 3, dan 4 sesuai
dengan kondisi perkembangan anak.
Keterangan                    
1 : Kategori tidak pernah
2 : Kategori jarang
3 : Kategori sering
4 : Kategori selalu
| 
No | 
Tahap Perkembangan | 
Indikator Kemampuan | 
Kategori | |||
| 
1 | 
2 | 
3 | 
4 | |||
| 
1 | 
Mendengar | 
Dapat mengerti beberapa perintah
  secara bersamaan (perintah untuk berjalan dan berlari atau duduk dan berdiri) | ||||
| 
Dapat memahami
  peraturan dalam suatu permainan | ||||||
| 
Dapat memahami cerita
  yang dibacakan | ||||||
| 
Dapat mendengarkan
  lagu-lagu anak | ||||||
| 
Dapat         mendengarkan      perintah     untuk meletakkan 
mainan di tempatnya | ||||||
| 
Dapat           mendengarkan       perintah       untuk             menaruh 
sepatu di tem patnya | ||||||
| 
Dapat mendengarkan
  perintah         berdoa sebelum dan 
sesudah tidur | ||||||
| 
Dapat mendengarkan        dan menceritakan informasi 
yang disampaikan pendidik | ||||||
| 
Dapat mendengarkan dan mengerti
  perintah untuk menyiapkan peralatan belajar | ||||||
| 
Dapat mengerti kata sifat (contoh: sopan santun, jujur, baik hati, berani, mandiri) | ||||||
| 
2 | 
Berbicara | 
Dapat       menggunakan    kata       sambung   “tetapi” 
(misalnya: Saya sudah dapat
  menggambar te-tapi belum bisa mewarnai) | ||||
| 
Dapat          mendefinisikan      kata-kata     yang      sederha-na 
(misalnya: pintar/pandai, jujur,
  dan sebagainya) | ||||||
| 
Dapat menanyakan arti berbagai
  kata (misalnya: ma, apa sih artinya kasih sayang?) | ||||||
| 
Dapat       menceritakan         perbedaan    suatu        benda 
(misalnya: perbedaan mobil dan
  sepeda motor) | ||||||
| 
Dapat       menceritakan        persamaan    suatu        benda 
(misalnya: persamaan sapi dan
  kambing) | ||||||
| 
Dapat menyebutkan kota
  asalnya | ||||||
| 
Dapat menyebutkan
  alamat rumahnya | ||||||
| 
Dapat menyebutkan 13
  nama benda yang ditunjuk | ||||||
| 
No | 
Tahap Perkembangan | 
Indikator Kemampuan | 
   Kategori        | |||
| 
1 | 
2 | 
3 | 
4 | |||
| 
3 | 
Membaca | 
Dapat menceritakan gerakan yang ada     di              dalam 
gambar cerita | ||||
| 
Dapat mengisi/menambahkan
  kata-kata pada kalimat yang kosong | ||||||
| 
Dapat menunjukkan dan menyebutkan
  15 gambar yang dikenalnya | ||||||
| 
Dapat menunjukkan dan menyebut 15
  mainan yang dikenalnya | ||||||
| 
Dapat menceritakan
  informasi yang ada pada buku 
gambar/ cerita | ||||||
| 
Dapat menceritakan gambar yang
  dilihat pada buku gambar/ cerita | ||||||
| 
Dapat menyebutkan nama benda dan
  binatang sesuai dgn gambarnya | ||||||
| 
Dapat           menyebutkan       enam      nama          warna     yang 
d itu nj u kka n/d il
  ihat | ||||||
| 
4 | 
Menggambar dan menulis | 
Dapat membedakan antara
  tulisan dan gambar | ||||
| 
Dapat menirukan
  tulisan-tulisan sederhana | ||||||
| 
Dapat melipat kertas
  warna-warni | ||||||
| 
Dapat menggunting
  kertas di atas 2 garis | ||||||
| 
Dapat menggambar
  dengan tiga warna dasar | ||||||
| 
Dapat           mewarnai      sesuai      dengan      gambar     yang 
disediakan | ||||||
| 
Dapat membuat gambar
  binatang | ||||||
| 
Dapat membuat bentuk
  lingkaran | ||||||
| 
Dapat membuat bentuk
  kotak | ||||||
| 
Dapat membuat bentuk
  segitiga | ||||||
Keterangan
:
1. 
Tidak
pernah (0%), anak tidak pernah melakukan kegiatan yang sesuai dengan indikator kemampuan.
2.  Jarang (>0% sd 50%), anak
melakukan kegiatan sebesar >0% sd 50% dari frekuensi kegiatan yang sesuai
dengan indikator kemampuan.
3.  Sering (>50% s.d < 100%), anak
melakukan kegiatan sebesar >50% sd <100% dari frekuensi kegiatan yang sesuai dengan
indikator kemampuan. Selalu
(100%), anak selalu melakukan kegiatan yang sesuai dengan indikator kemampuan.
v  Unjuk kerja
Penilaian dapat juga dilakukan dengan melihat penampilan (unjuk kerja)
anak ketika melaksanakan
suatu aktivitas, misalnya menyanyi, menari, membaca syair dan sebagainya.
v  Rubriks
Rubrik berisi catatan aktivitas anak dengan menggunakan indikator sesuai
yang tertera dalam rencana pembelajaran. Rubriks sesungguhnya bersifat semi kuantitatif,
namun demikian dapat dikembangkan secara fleksibel sesuai dengan pembelajaran bagi anak usia dini.
Contoh rubriks disajikan berikut ini.
PENILAIAN
PENDIDIK
Hari, Tanggal  :                                     
Aktivitas       : Fisik-motorik
Nama
Anak    :
Usia
Anak      :
| 
no. | 
Aspek | 
Indikator | 
Kualitas Tampilan | ||
| 
1. 
    | 
Motorik Halus | 
Anak       dapat meremas kertas                 dengan 
menggunakan    kelima 
jarinya | 
Apakah     anak 
dapat meremas kertas       dengan menggunakan 
kelima    jarinya dengan kuat? | 
Apakah   anak 
Dapat meremas 
Dengan menggunakan 
kelima  jarinya 
tetapi        belum 
kuat? | 
Apakah   anak 
belum        dapat 
meremas 
kertas       dengan 
kelima jarinya? | 
| 
2.             
    | 
Motorik kasar 
dst | 
Anak dapat berjalan di papan
  titian tanpa dipegangi | 
Apakah     anak 
berjalan                 di 
papan       titian 
tanpa dipegangi? | 
Apakah   anak 
berjalan            di 
papan     titian 
dengandipegang? | 
Apakah   anak 
belum         berani 
berjalan             di 
papan titian? | 
v  Kumpulan hasil kemampuan anak
Hasil kemampuan anak atau hasil karya anak dapat dikumpulkan kemudian
menjadi bahan evaluasi
perkembangan anak.
v  Portofolio
Portofolio merupakan dokumen anak yang terdiri anak :
a).                 
Contoh hasil karya anak
b).                 
Hasil penilaian anak berdasarkan instrumen yang telah disusun
c).                  
Foto-foto kegiatan anak
d).                 
Beberapa dokumen pendukung lainnya, misalnya hasil
penilaian
v  Alat penilaian terstandar
Alat penilaian terstandar merupakan alat atau instrumen yang telah
dikembangkan oleh para profesional, telah melalui proses pengujian dan tidak diragukan lagi
validitas serta reliabilitasnya.
Akan tetapi, penggunaan alat evaluasi terstandar harus mengikuti norma dan
prosedur penggunaannya. Beberapa alat evaluasi terstandar antara lain :
a).      
Tes skrining perkembangan, misalnya Denver
Developmentally Screening Test (DDST), Alat Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak
(DDTKA)
b).     
Tes diagnostik (diagnostic test), misalnya Adversity
Response Scale (ARS)
c).      
Tes kesiapan (readiness test)
a).                 
Tes
kemampuan (achievement test)
b).                 
Alat Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak (DDTKA), dan
sebagainya
v  Alat penilaian yang dikembangkan
sendiri  
Pendidik dapat mengembangkan alat penilaian perkembangan sesuai dengan
kebutuhan. Akan tetapi, tentu saja alat tersebut harus teruji sehingga layak digunakan.
Untuk mengembangkan alat evaluasi, panduan secara singkat disajikan pada uraian materi
berikutnya.
Dari berbagai alat penilaian di atas, pendidik dapat memilih sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan pendidik.
Ø  Pedoman Pencatatan
Kegiatan pencatatan hasil pengamatan melalui catatan
anekdot, running records, specimen records, ataupun ceklis bukanlah kegiatan yang mudah.
Pengamat terbiasa mengamati apa yang terjadi di sekelilingnya dan dalam waktu yang
bersamaan membuat interpretasi tentang apa yg dilihatnya , sehingga harus benar-benar
berhati-hati dan obyektif.
Beberapa hal yang harus dihindari antara lain :
a).        
Interpretasi
(penafsiran) dan asumsi (dugaan)
b).       
Memberi
label/cap (pemalu, periang, kreatif)
c).                                                                                     
Maksud (dengan maksud untuk       )
d).       
Evaluasi (kerjanya bagus, kurang rapi)
e).                                                                                                  
Pernyataan negatif (anak itu gagal         )
f).                                                                                                   
Pernyataan positif (anak itu berhasil      )
BAB III
PENUTUP
A.               
Kesimpulan
PAUD
memerlukan layanan bimbingan dan konseling untuk mencapai suatu perkembangan
optimal. Bimbingan dan konseling diperuntukan bagi semua peserta didik, baik
yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah. Bimbingan dan konseling bertujuan
untuk mengantisipasi atau mengambil tindakan preventif terhadap munculnya
perilaku bermasalah pada anak usia dini. Segenap pelayanan/kegiatan BK tidak
boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma
agama,  sosial dan peraturan, adat
istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku.
B.                
Saran
Bimbingan dan
konseling diharapkan bisa menjadi salah satu solusi dalam meningkatkan dan
media untuk menjaga stabilitasi perkembangan dan pertumbuhan anak usia dini.
Yang nantinya bukan hanya bermanfaat bagi anak didik tapi juga bermanfaat bagi
orang tua anak agar dapat memahami dan mengetahui karakter anak usia dini yang
unik dan khas. Bimbingan dan konseling perlu dilakukan secara optimal, serius
dan berkelanjutan oleh guru/pendidik sebagai konselor dalam PAUD, agar aspek
perkembangan dan pertumbuhan anak tercapai secara maksimal, sehingga tujuan
pendidikan nasional dapat terwujud.
DAFTAR
PUSTAKA
o  
Suyadi, 2009. Bimbingan Konseling untuk PAUD.
Jogjakarta, Diva Press.
o  
http://www.google.com/muthnainnah/Bimbingan-dan-Konseling.
Diakses Sabtu 26 Oktober 2013 Pkl. 21:34 Wita.
o  
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/08/jenis-layanan-bimbingan-dan-konseling. Diakses  Senin 4 November 2013 Pkl. 23:35 Wita.
o   http://kajianpsikologi.guru-indonesia.net/artikel_detail-36328.html#.Unekcdk_Kt8. Diakses Senin 4 November 2013 Pkl. 21: 49 Wita.
o   http://akhmadsudrajat.wordpress.com. Diakses Senin 4 November 2013 Pkl. 21:28 Wita.
o   http://www.te2n.com/evaluasi-program-dan-tindak-lanjut. Diakses Senin 4 November 2013 Pkl. 23:42 Wita.
o   Hidayat,
Dede Rahmat dan Badrujaman Aip, 2012. Penelitian
Tindakan dalam Bimbingan Konseling. Jakarta, PT. Indeks.
o   http://amirdapir.blogspot.com/2012/07/layanan-bk-karir-di-tksd.html.... Kamis 31 Oktober 2013 Pkl. 22:11 Wita
o   http://naniksariyani.blogspot.com/2012/04/studi-kasus-dalam-bk.html
Diakses Jumat 6 Desember 2013 Pkl. 01:19 Wita.
o   http://dhettamiinyuw.blogspot.com/2012/05/layanan-home-visit-atau-kunjungan-rumah.html
Diakses Jumat 6 Desember 2013 Pkl. 01:29 Wita.
o   http://eko13.wordpress.com/2008/06/13/sociogram/
Diakses Jumat 6 Desember 2013 Pkl. 02:05 Wita
 
 
No comments:
Post a Comment