PENGARUH BERMAIN
MERONCE TERHADAP PEMAHAMAN
TENTANG KONSEP BERHITUNG
ANAK USIA 5-6 TAHUN
Saadatul Huryah,
Ni Ketut Alit Suarti, Nuraeni
PLS Konsentrasi PAUD, FIP IKIP Mataram
Email: saadatulhuryahpaud@yahoo.com
Abstract: Plying is the
children world. With plying the children will get suitable stimulus and they
understanding with real life. Game also incrase students’ cognitive, social
emotional, moral, religious, and language. The statement problem of the
research stated that; is there any effect of Meronce games toward students’
understanding in calculating concept at 5-6 age of PAUD Merpati in academic
years 2013/2014 and the research aimed at finding out effect of content mastery
toward students’ understanding in calculating concept at 5-6 age of PAUD
Merpati in academic years 2013/2014. The research used population study with 16
students. The data gathering is used observation guide as main method and
observation, interview, documentation as completion method. The data analysis
used t-tes formulation. Based on the data analysis was gotten that t-test was
15,010 and t-table 2,120 with signification level 5% and degree of freedom N =
16. It means that, t-test was higher than t-table (15,010>2,120). So that
way, alternative hypothesis (Ha) was accepted and null hypothesis (H0)
rejected. Therefore, it taken conclusion that there was significant effect of
Meronce games toward students’ understanding in calculating concept at 5-6 age
of PAUD Merpati in academic years 2013/2014.
Abstrak: Bermain merupakan dunia anak, dengan bermain anak
usia dini mendapat stimulus yang tepat, dan memahami kehidupan. Sehingga aspek
perkembangan anak dapat tercapai, yang mencakup aspek kognitif, sosial
emosional, moral agama, fisik motorik, dan bahasa. Rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah apakah ada pengaruh
bermain meronce terhadap pemahaman tentang konsep berhitung anak usia 5-6 tahun
PAUD Merpati tahun pelajaran 2012/2013? Sedangkan tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh bermain meronce terhadap pemahaman tentang konsep
berhitung anak usia 5-6 tahun PAUD Merpati tahun pelajaran 2012/2013. Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode observasi
sebagai metode utama dan metode dokumentasi dan metode wawancara sebagai metode
pelengkap. Sedangkan metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode analisis statistik dengan rumus t-tes. Berdasarkan dari hasil
analisis data bahwa t hitung yang diperoleh adalah sebesar 15,010,
sedangkan nilai t-tabel dengan taraf signifikansi 5% pada dk-1 = 16 diperoleh
2,120 kenyataan ini menunjukkan bahwa nilai t-tes yang diperoleh dalam penelitian
ini adalah lebih besar dari pada nilai t-tabel (15,010 > 2,120). Hal
ini berarti H0 ditolak sedangkan Ha diterima. Kesimpulan yang
diperoleh dalam penelitian ini adalah ada pengaruh bermain meronce terhadap pemahaman tentang konsep berhitung anak
usia 5-6 tahun PAUD Merpati tahun pelajaran 2012/2013, artinya hasil penelitian
pengaruh bermain meronce terhadap pemahaman tentang konsep berhitung anak usia
5-6 tahun adalah “signifikan”
Kata
Kunci: Bermain Meronce, Konsep Berhitung.
LATAR
BELAKANG
Anak
merupakan asset dari suatu negara dan juga bangsa. Baik dan buruknya suatu
Negara nantinya sangat tergantung kepada anak-anak. Untuk menghasilkan generasi
yang baik diperlukan stimulus yang baik, dan stimulus yang baik dilakukan sejak
anak berusia dini (0-8 tahun). Karena anak usia dini disebut masa emas (golden age) juga masa peka, pada masa
ini perkembangan dan pertumbuhan anak sangat pesat baik fisik dan psikis. Stimulus yang diberikan akan diserap anak
usia dini seperti spon yang menyerap apapun, baik itu hal yang baik maupun hal
yang tidak baik. Stimulus yang tepat dan baik sangat dibutuhkan untuk anak usia
dini.
Rangsangan
pendidikan yang diberikan pada anak usia dini disesuaikan dengan dunia anak,
yaitu melalui bermain. Dengan bermain anak merasakan kesenangan yang bisa
mempengaruhi tingkat perkembangan dan pertumbuhan anak. Menurut para ahli
psikologi, anak usia dini memiliki karakteristik yang unik. Karena keunikan
tersebut anak perlu dirangsang sesuai dengan karakter anak tersebut. Metode rangsangan
pada anak usia dini sangat beragam, dan diharapkan melalui metode yang tepat
dapat mengembangkan lima aspek perkembangan anak usia dini secara optimal, yang
pada akhirnya tujuan pendidikan anak usia
dini dapat tercapai.
Adapun dari
kelima aspek tersebut ada aspek perkembangan kognitif yang merupakan driver dari semua aspek tersebut (sosial
emosional, moral agama, fisik motorik, dan bahasa), tapi bukan berarti
mengabaikan aspek perkembangan lainnya, semuanya saling berkaitan dan bersifat
holistik (menyeluruh). Aspek perkembangan kognitif berhubungan dengan kemampuan anak dalam
berpikir, memecahkan masalah dalam kehidupannya dan matematika. Dan salah
satunya adalah memperkenalkan anak tentang konsep berhitung.
Berhitung bagi
sebagian anak adalah hal yang tidak menyenangkan dan membosankan karena
berhubungan dengan angka-angka. Berdasarkan pengamatan di lapangan banyak
dijumpai anak yang belum mengetahui konsep matematika, khususnya konsep angka.
Sehingga anak kesulitan dalam memecahkan permasalahan dalam berhitung.
Kebanyakan dari mereka hanya mengenal simbol angka tanpa mengetahui
makna/konsep dari jumlah angka yang dimaksud.
Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti mencoba mengajak anak bermain dengan
meronce. Bermain dengan meronce membutuhkan kesabaran dan
ketekunan. Permainan ini terdiri dari berbagai bentuk, ukuran, dan warna dengan
lubang di
tengahnya, serta dapat menggunakan media alam dan
buatan
dengan judul: Pengaruh bermain meronce terhadap
pemahaman tentang konsep berhitung anak usia 5-6 tahun di PAUD Merpati Sukaraja
Timur Kecamatan Ampenan Tengah kota Mataram tahun pelajaran 2013/2014.
KAJIAN LITERATUR
Piaget
mengatakan bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan
menimbulkan kesenangan/kepuasan bagi diri
seseorang (Yuliani, 2010: 34). Sedangkan pendapat lain mengatakan
bahwa bermain adalah bermacam bentuk kegiatan yang memberikan kepuasan pada
diri anak yang bersifat non serius, lentur, dan bahan mainan yang terkandung
dalam kegiatan dan secara imajinatif ditransformasikan sepadan dengan dunia
orang dewasa (Moeslichatoen, 1996: 24). Dalam penelitian ini jenis permainan
yang digunakan adalah bermain meronce. Meronce adalah
menyusun benda atau merangkai benda menjadi satu dengan menggunakan seutas tali
atau yang lain (http://dk-educlub.blogspot.com. Diakses pada tanggal 7 September 2013 pukul 02.04
wita) ). Jadi dapat disimpulkan bahwa
bermain meronce adalah suatu kegiatan yang menyenangkan bagi anak dengan cara menyusun, menata
benda-benda menjadi satu dengan bantuan seutas tali atau benang.
Bermain memiliki banyak manfaat bagi anak usia dini.
Frank dan Theresa Caplan (Hildebrand, 1986: 55-56) mengemukakan ada enam belas nilai bermain bagi anak
(Moeslichatoen, 1996: 24-25): a) Bermain
membantu pertumbuhan anak; b) Bermain
merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela; c) Bermain
memberi kebebasan anak untuk bertindak; d) Bermain
memberikan dunia khayal yang dapat dikuasi; e) Bermain
mempunyai unsur petualang di dalamnya; f) Bermain
meletakkan perkembangan bahasa; g) Bermain
mempunyai pengaruh yang unik dalam pembentukan antar pribadi; h) Bermain memberi kesempatan untuk menguasi diri secara fisik; i) Bermain memperluas minat pemusatan perhatian; j) Bermain merupakan cara anak menyelidiki sesuatu; k) Belajar merupakan cara anak mempelajari peran orang dewasa; l) Bermain merupakan cara dinamis
untuk belajar; m) Bermain menjernihkan pertimbangan anak; n) Bermain dapat distruktur secara akademis; o) Bermain merupakan kekuatan hidup; p) Bermain
merupakan sesuatu yang essensial bagi kelestarian hidup manusia.
Dalam sumber lain disebutkan bahwa
bermain memiliki manfaat yang sangat besar bagi perkembangan anak usia dini
antara lain: memberikan kesempatan pada anak untuk memahami lingkungan dan
berinteraksi sosial, mengekspresikan dan mengendalikan emosi, meningkatkan
kemampuan simbolik anak dalam menyatakan ide, pikiran dan prasarananya,
menyelesaikan konflik, mengembangkan kreativitas, dan lainnya (Aisyiyah, 2007:
1.21).
Sedangkan manfaat bermain meronce
adalah untuk melatih kesabaran anak, motorik halus anak, mengenal konsep bentuk
geometri dan juga untuk mengenalkan konsep berhitung (angka) (http://spedustar.blogspot.com. Diakses pada tanggal 13 Mei 2014
pukul 11.42 wita).
Berdasarkan penjelasan diatas dapat
diambil kesimpulan bahwa manfaat bermain bagi anak sangat banyak. Sehingga bila
ada orang tua yang menganggap bermain adalah kegiatan yang sia-sia adalah hal
yang keliru. Dengan bermain anak memahami lingkungannya dan ini juga disebut
proses belajar agar anak nantinya siap menghadapi tantangan pada tahap
selanjutnya.
Sedangkan
pengertian berhitung menurut
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan dan prosedur operasional
yang digunakan dalam penyelesaian persoalan mengenai bilangan (Yuliani, 2007: 112). Sedangkan pendapat lain mengatakan, berhitung yaitu
menghubungkan antara benda dengan konsep bilangan, dimulai dari angka satu.
Jika sudah mahir anak dapat melanjutkan menghitung kelipatan, misalnya
kelipatan dua, lima, atau sepuluh (Suyanto, 2008:
158).
Jadi dari
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian pemahaman tentang konsep
berhitung adalah suatu cara memahami atau proses kemampuan anak untuk memahami
jumlah secara kongkret/nyata yang nantinya akan meningkat ketarap penjumlahan,
pengurangan, pembagian dan perkalian.
Berhitung
merupakan bagian hal yang tak lepas dari matematika, sedangkan matematika
merupakan salah satu pengembangan kognitif. Pendekatan pengembangan
kognitif menekankan bagaimana anak-anak
secara aktif membangun cara berpikir mereka (Santrock, 2007: 243). Dalam sebuah
sumber mengungkapkan bahwa: matematika pada hakikatnya merupakan cara belajar
untuk mengatur jalan pikiran seseorang dengan maksud melalui matematika
seseorang akan dapat mengatur jalan pikirannya (Susanto, 2011: 98).
Pada umumnya anak mendengar dan
mengucapkan terlebih dahulu berbagai konsep yang berhubungan dengan matematika dan kemudian
seiring dengan meningkatnya usia dan kemampuan berpikirnya, ia mulai memahami
konsep-konsep matematika itu dengan lebih mendalam. Anak usia 5-6 tahun sudah memiliki kemampuan untuk membilang buta
namun belum diikuti oleh kesadaran terhadap kuantitas benda.
Pembelajaran matematika pada anak harus
disesuaikan dengan tahapan kognitifnya. Tahapan kognitif anak usia prasekolah
menurut Piaget berada pada tahap praoperasional (2-7
tahun), dimana anak mampu menggunakan simbol-simbol dalam pikirannya untuk
merepresentasikan benda-benda atau kejadian (Santrock, 2007: 246). Pada tahap ini
anak dapat memanipulasi sejumlah simbol, dan mampu memahami segala sesuatu dalam satu arah. Anak belum
dapat mengurutkan secara terbalik, urutan dari kanan ke kiri atau dari yang
paling bawah ke atas atau sebaliknya (Isjoni, 2010: 83).
Dalam memahami
konsep berhitung ada beberapa aspek yang harus diketahui. Berdasarkan Peraturan
Menteri Nomor 58 Tahun 2009 aspek-aspek konsep berhitung dibagi menjadi
sejumlah kompetensi dasar bagi anak usia 5-6 tahun, yaitu: 1) Kompetensi
dasar: Anak dapat memahami konsep sederhana dalam kehidupan sehari-hari; 2)
Hasil belajar: a) Menyusun benda dari besar-kecil atau sebaliknya; b)
Menyebutkan bilangan 1-20; c) Menyebut sambil menunjuk benda (mengenal konsep
bilangan dengan benda-benda) sampai 20; d) Membuat urutan bilangan 1-20 dengan
benda-benda; e) Menyebutkan hasil penjumlahan dan pengurangan dengan benda
sampai 20; f) Memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk 3 pola
yang berurutan. Misalnya; merah, putih, biru, merah, putih biru, merah, putih,
….
Kompetensi dasar
tersebut merupakan patokan rata-rata
yang ingin diraih dalam perkembangan anak usia 5-6 tahun khususnya dalam
berhitung. Apabila ada anak yang melewati kompetensi tersebut, itu hal yang
lebih baik. Namun apabila ada anak yang belum mencapainya, maka perlu diberikan
stimulasi yang sesuai sehingga aspek-aspek dalam kompetensi dasar tersebut
dapat tercapai dalam perkembangan anak usia 5-6 tahun.
Berdasarkan
penjelasan tersebut dalam penelitian ini ada tujuan-tujuan tertentu yang
diharapkan peneliti. Adapun tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh bermain meronce terhadap
pemahaman tentang konsep berhitung anak usia 5-6 tahun di PAUD Merpati Sukaraja
Timur Kecamatan Ampenan Tengah kota Mataram tahun pelajaran 2013/2014.
METODE PENELITIAN
Metode yang akan
digunakan dalam penelitian ini diasumsikan dapat mendukung keberhasilan dalam
pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Metode penentuan subjek
penelitian ini menggunakan teknik Cluster Random Sampling (CRS). Teknik ini berguna untuk memberikan peluang yang sama pada
setiap unsur/anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2012:
82). Dalam penelitian ini jumlah keseluruhan (populasi) anak yang berumur 5-6
tahun adalah sebanyak 47 orang yang terbagi dalam 3 kelas yaitu kelas Mangga
sebanyak 17 orang, kelas Jeruk sebanyak 14 orang dan kelas Apel sebanyak 16
orang. Karena keterbatasan peneliti maka dipilihlah kelas Mangga dengan jumlah
17 orang. b. Rancangan penelitian menggunakan observasi dengan dua kali
eksperimen/perlakuan yaitu sebelum bermain meronce dan sesudah bermain meronce
(Sugiyono, 2012: 74).
Rancangan dalam
penelitian ini digambarkan sebagai berikut (berdasarkan metode desain One-Group Pre test-Post test Design):
|
O1 X
O2
|
O1 =
nilai pre-test (sebelum diberi bermain meronce)
O2 =
nilai post-test (setelah diberi bermain meronce)
X = perlakuan yang diberikan.
Metode
pengumpulan data menggunakan metode observasi sebagai metode utama, sedangkan
metode dokumentasi dan wawancara sebagai metode pelengkap.
Observasi dilakukan dengan memberi tanda tanda cek list (v) pada kolom yang telah tersedia sesuai dengan kemampuan anak. Adapun skor yang diberikan adalah
sangat mampu dengan skor 5, mampu dengan skor 4, agak mampu dengan skor 3, kurang mampu dengan skor 2 dan untuk yang tidak
mampu dengan skor 1” (Sugiyono, 2012: 94). Adapun kisi-kisi yang dimaksud
adalah sebagai berikut:
Analisis data
menggunakan rumus t-tes. Yang mana bila jumlah sampel berkolerasi/berpasangan,
misalnya membandingkan sebelum dan sesudah treatment/perlakuan,
maka digunakan rumus t test.
HASIL
PENELITIAN
Adapun data
hasil observasi pemahaman tentang konsep berhitung anak usia 5-6 tahun PAUD
Merpati tahun pelajaran 2013/2014
sebelum dan sesudah akan disajikan pada tabel berikut:
Tabel 01. Data
Tentang Skor Observasi Awal Dan Observasi Akhir Tentang Pengaruh Bermain
Meronce Terhadap Pemahaman Tentang Konsep Berhitung Anak Usia 5-6 Tahun PAUD
Merpati Tahun Pelajaran 2013/2014.
|
No
|
Subyek
|
L/P
|
Sebelum
(Pre-Tes)
O1 atau X1
|
Sesudah
(Post-tes)
O2 atau X2
|
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
|
1
|
GB
|
L
|
37
|
55
|
|
2
|
BA
|
P
|
40
|
54
|
|
3
|
MT
|
P
|
20
|
38
|
|
4
|
RY
|
L
|
35
|
54
|
|
5
|
SLM
|
P
|
18
|
48
|
|
6
|
BY
|
L
|
38
|
55
|
|
7
|
SH
|
P
|
35
|
55
|
|
8
|
LZ
|
P
|
37
|
55
|
|
9
|
HZ
|
L
|
20
|
54
|
|
10
|
NC
|
P
|
39
|
55
|
|
11
|
RR
|
L
|
30
|
46
|
|
12
|
SFR
|
P
|
33
|
53
|
|
13
|
AUL
|
P
|
31
|
55
|
|
14
|
DS
|
P
|
33
|
55
|
|
15
|
ISM
|
P
|
26
|
51
|
|
16
|
PT
|
P
|
32
|
54
|
|
17
|
NV
|
P
|
34
|
46
|
|
Total (∑)
|
538
|
883
|
||
Guna menguji
hipotesis nihil maka data tersebut disajikan dalam tabel kerja. Adapun tabel
kerjanya sebagai berikut:
Tabel Kerja
Untuk Menguji Hipotesis Tentang Pengaruh Bermain Meronce Terhadap Pemahaman
Tentang Konsep Berhitung Anak Usia 5-6 Tahun PAUD Merpati Tahun Pelajaran
2013/2014.
|
No
|
Subyek
|
X.1
|
X.2
|
D
|
d
|
d2
|
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
(6)
|
(7)
|
|
1
|
GB
|
37
|
55
|
18
|
-2,294
|
5,263
|
|
2
|
BA
|
40
|
54
|
14
|
-6,294
|
39,616
|
|
3
|
MT
|
20
|
38
|
18
|
-2,294
|
5,263
|
|
4
|
RY
|
35
|
54
|
19
|
-1,294
|
1,675
|
|
5
|
SLM
|
18
|
48
|
30
|
9,706
|
94,204
|
|
6
|
BY
|
38
|
55
|
17
|
-3,294
|
10,851
|
|
7
|
SH
|
35
|
55
|
20
|
-0,294
|
0,087
|
|
8
|
LZ
|
37
|
55
|
18
|
-2,294
|
5,263
|
|
9
|
HZ
|
20
|
54
|
34
|
13,706
|
187,851
|
|
10
|
NC
|
39
|
55
|
16
|
-4,294
|
18,439
|
|
11
|
RR
|
30
|
46
|
16
|
-4,294
|
18,439
|
|
12
|
SFR
|
33
|
53
|
20
|
-0,294
|
0,087
|
|
13
|
AUL
|
31
|
55
|
24
|
3,706
|
13,734
|
|
14
|
DS
|
33
|
55
|
22
|
1,706
|
2,910
|
|
15
|
ISM
|
26
|
51
|
25
|
4,706
|
22,145
|
|
16
|
PT
|
32
|
54
|
22
|
1,706
|
2,910
|
|
17
|
NV
|
34
|
46
|
12
|
-8,294
|
68,792
|
|
Total (∑)
|
538
|
883
|
345
|
|
497,529
|
|
Dari tabel kerja
tersebut di atas, maka dapat dihitung nilai t-tes sebagai berikut:
Md =
= 20,294
d1 = D1
– Md = 18 – 20,294 = - 2,294
∑d2 =
497,529
N = 17
t = 15,010
PEMBAHASAN
Dari hasil
pengujian t-tes di atas, dimana t-tes 15,010 lebih besar dari t-tabel sebesar
2,120 dengan taraf signifikansi 5%, maka dapat dikemukakan bahwa hipotesis Nol
(H0) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima, maka kesimpulan
analisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ada pengaruh bermain
meronce terhadap pemahaman tentang konsep berhitung anak usia 5-6 tahun PAUD
Merpati Sukaraja Timur Ampenan tahun pelajaran 2013/2014.
Dari teori-teori
yang telah diajukan dalam pembahasan terdahulu yang selanjutnya dibandingkan
dengan hasil analisis data yang diperoleh melalui penelitian dengan menggunakan
analisis statistik dengan rumus t-tes, ternyata hipotesis nol (H0)
yang berbunyi: Tidak ada pengaruh bermain meronce terhadap pemahaman tentang
konsep berhitung anak usia 5-6 tahun PAUD Merpati tahun pelajaran 2013/2014. Ditolak, dan hipotesis alternatif (Ha)
yang berbunyi: Ada pengaruh bermain meronce terhadap pemahaman tentang konsep
berhitung anak usia 5-6 tahun PAUD Merpati tahun pelajaran 2013/2014. Diterima.
Penelitian
bertujuan untuk mengetahui pengaruh bermain meronce terhadap pemahaman tentang
konsep berhitung anak usia 5-6 tahun di PAUD Merpati tahun pelajaran 2013/2014.
Berdasarkan
penemuan di lapangan, bahwa anak tertarik untuk bermain meronce dengan bahan
daur ulang limbah botol plastik yang telah dibentuk seperti bunga dengan diberi
cat berwarna-warni. Anak awalnya tidak menyadari bahwa limbah bila dimanfaatkan
akan berguna dan bermanfaat sebagai alat bermain yang murah dan menyenangkan.
Selain itu bermain
meronce dengan menggunakan media alam sebagai media meronce, dapat meningkatkan
pemahaman anak tentang konsep berhitung 1-20 tanpa unsur paksaan dan tertekan. Sehingga
anak dapat menikmati bermain sambil belajar yang menyenangkan, dan menarik dan
tujuan yang ingin diraih tercapai yaitu ada pengaruh bermain meronce terhadap
pemahaman tentang konsep berhitung anak usia 5-6 tahun PAUD Merpati tahun
pelajaran 2013/2014.
Selain itu
ditemukan adanya hubungan antara teori perkembangan anak Piaget yang mengatakan
bahwa anak yang berusia 5-6 tahun berada pada masa pra-operasional yang
mengakibatkan anak pada usia ini telah mengalami kematangan dalam melakukan
meronce dan dalam memahami konsep berhitung 1-20. Sehingga apabila ditemukan
ada anak yang mengalami keterlambatan ini dikarenakan faktor lingkungan yang
kurang dalam menstimulasi anak dan juga faktor gizi yang diasup oleh anak.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan penelitian
tersebut maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah: Ada pengaruh bermain
meronce terhadap pemahaman tentang konsep berhitung anak usia 5-6 tahun PAUD
Merpati Sukaraja Timur Ampenan tahun pelajaran 2013/2014.
Dari kesimpulan
hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti menyarankan agar
pihak guru di sekolah tetap kreatif dalam menciptakan media bermain untuk anak
yang edukatif, murah dan mudah didapat. Dan guru terus membimbing anak yang
mengalami keterlambatan dan bermasalah dalam perkembangannya dengan tak lupa
bekerjasama dengan orang tua agar orang tua juga bisa memberi stimulasi yang
tepat di lingkungan rumah, bukan hanya diserahkan di sekolah. Sehingga apa yang
ingin diraih dalam meningkatkan pemahaman anak tentang konsep berhitung
khususnya dapat tercapai sesuai dengan tahap perkembangan anak.
Sedangkan untuk
peneliti yang lain agar terus mencoba melakukan penelitian lanjutan sehubungan
dengan bermain meronce dan masalah yang ada pada anak usia dini serta
diuji-cobakan pada sampel yang lebih banyak dan tempat yang berbeda dalam waktu
yang lebih lama.
REFERENSI
Aisyiyah, Siti, dkk. 2007. Perkembangan dan Konsep Dasar Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta,
Universitas Terbuka.
Isjoni H. 2010. Model Pembelajaran Anak Usia Dini.
Bandung, Alfabeta.
Moeslichatoen R. 1996. Metode Pengajaran Taman Kanak-Kanak.
Jakarta: Rineka Cipta.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia
No. 58 Tahun 2009. Tetang Standar
Pendididkan Anak Usia Dini. Jakarta
Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta:
Erlangga.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kulitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi, Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.
Jakarta, Rineka Cipta.
Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar Dalam
Berbagai Aspek. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Suyanto, Slamet. 2008. Strategi
Pendidikan Anak. Yogyakarta: Hikayat Publisting.
Yuliani Nurani, Sujiono dkk.
2007. Materi Pokok Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta: Universitas
Terbuka.
dan Bambang S. 2010. Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta: PT. Indeks.
No comments:
Post a Comment