Tuesday, October 7, 2014

Pengaruh Bermain Meronce Terhadap Pemahaman Tentang Konsep Berhitung Anak Usia 5-6 tahun

PENGARUH BERMAIN MERONCE TERHADAP PEMAHAMAN
TENTANG KONSEP BERHITUNG ANAK USIA 5-6 TAHUN

Saadatul Huryah, Ni Ketut Alit Suarti, Nuraeni
PLS Konsentrasi PAUD, FIP IKIP Mataram
Email: saadatulhuryahpaud@yahoo.com

Abstract: Plying is the children world. With plying the children will get suitable stimulus and they understanding with real life. Game also incrase students’ cognitive, social emotional, moral, religious, and language. The statement problem of the research stated that; is there any effect of Meronce games toward students’ understanding in calculating concept at 5-6 age of PAUD Merpati in academic years 2013/2014 and the research aimed at finding out effect of content mastery toward students’ understanding in calculating concept at 5-6 age of PAUD Merpati in academic years 2013/2014. The research used population study with 16 students. The data gathering is used observation guide as main method and observation, interview, documentation as completion method. The data analysis used t-tes formulation. Based on the data analysis was gotten that t-test was 15,010 and t-table 2,120 with signification level 5% and degree of freedom N = 16. It means that, t-test was higher than t-table (15,010>2,120). So that way, alternative hypothesis (Ha) was accepted and null hypothesis (H0) rejected. Therefore, it taken conclusion that there was significant effect of Meronce games toward students’ understanding in calculating concept at 5-6 age of PAUD Merpati in academic years 2013/2014.
Abstrak: Bermain merupakan dunia anak, dengan bermain anak usia dini mendapat stimulus yang tepat, dan memahami kehidupan. Sehingga aspek perkembangan anak dapat tercapai, yang mencakup aspek kognitif, sosial emosional, moral agama, fisik motorik, dan bahasa. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh bermain meronce terhadap pemahaman tentang konsep berhitung anak usia 5-6 tahun PAUD Merpati tahun pelajaran 2012/2013? Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh bermain meronce terhadap pemahaman tentang konsep berhitung anak usia 5-6 tahun PAUD Merpati tahun pelajaran 2012/2013. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode observasi sebagai metode utama dan metode dokumentasi dan metode wawancara sebagai metode pelengkap. Sedangkan metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik dengan rumus t-tes. Berdasarkan dari hasil analisis data bahwa t hitung yang diperoleh adalah sebesar 15,010, sedangkan nilai t-tabel dengan taraf signifikansi 5% pada dk-1 = 16 diperoleh 2,120 kenyataan ini menunjukkan bahwa nilai t-tes yang diperoleh dalam penelitian ini adalah lebih besar dari pada nilai t-tabel (15,010 > 2,120). Hal ini berarti H0 ditolak sedangkan Ha diterima. Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah ada pengaruh bermain meronce terhadap pemahaman tentang konsep berhitung anak usia 5-6 tahun PAUD Merpati tahun pelajaran 2012/2013, artinya hasil penelitian pengaruh bermain meronce terhadap pemahaman tentang konsep berhitung anak usia 5-6 tahun adalah “signifikan
Kata Kunci: Bermain Meronce, Konsep Berhitung.
LATAR BELAKANG
Anak merupakan asset dari suatu negara dan juga bangsa. Baik dan buruknya suatu Negara nantinya sangat tergantung kepada anak-anak. Untuk menghasilkan generasi yang baik diperlukan stimulus yang baik, dan stimulus yang baik dilakukan sejak anak berusia dini (0-8 tahun). Karena anak usia dini disebut masa emas (golden age) juga masa peka, pada masa ini perkembangan dan pertumbuhan anak sangat pesat baik fisik dan psikis.  Stimulus yang diberikan akan diserap anak usia dini seperti spon yang menyerap apapun, baik itu hal yang baik maupun hal yang tidak baik. Stimulus yang tepat dan baik sangat dibutuhkan untuk anak usia dini.
Rangsangan pendidikan yang diberikan pada anak usia dini disesuaikan dengan dunia anak, yaitu melalui bermain. Dengan bermain anak merasakan kesenangan yang bisa mempengaruhi tingkat perkembangan dan pertumbuhan anak. Menurut para ahli psikologi, anak usia dini memiliki karakteristik yang unik. Karena keunikan tersebut anak perlu dirangsang sesuai dengan karakter anak tersebut. Metode rangsangan pada anak usia dini sangat beragam, dan diharapkan melalui metode yang tepat dapat mengembangkan lima aspek perkembangan anak usia dini secara optimal, yang pada akhirnya tujuan pendidikan anak usia  dini dapat tercapai.
Adapun dari kelima aspek tersebut ada aspek perkembangan kognitif yang merupakan driver dari semua aspek tersebut (sosial emosional, moral agama, fisik motorik, dan bahasa), tapi bukan berarti mengabaikan aspek perkembangan lainnya, semuanya saling berkaitan dan bersifat holistik (menyeluruh). Aspek perkembangan kognitif  berhubungan dengan kemampuan anak dalam berpikir, memecahkan masalah dalam kehidupannya dan matematika. Dan salah satunya adalah memperkenalkan anak tentang konsep berhitung.
Berhitung bagi sebagian anak adalah hal yang tidak menyenangkan dan membosankan karena berhubungan dengan angka-angka. Berdasarkan pengamatan di lapangan banyak dijumpai anak yang belum mengetahui konsep matematika, khususnya konsep angka. Sehingga anak kesulitan dalam memecahkan permasalahan dalam berhitung. Kebanyakan dari mereka hanya mengenal simbol angka tanpa mengetahui makna/konsep dari jumlah angka yang dimaksud.
Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti mencoba mengajak anak bermain dengan meronce. Bermain dengan meronce membutuhkan kesabaran dan ketekunan. Permainan ini terdiri dari berbagai bentuk, ukuran, dan warna dengan lubang di tengahnya, serta dapat menggunakan media alam dan buatan dengan judul: Pengaruh bermain meronce terhadap pemahaman tentang konsep berhitung anak usia 5-6 tahun di PAUD Merpati Sukaraja Timur Kecamatan Ampenan Tengah kota Mataram tahun pelajaran 2013/2014.
KAJIAN LITERATUR
Piaget mengatakan bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan/kepuasan bagi diri seseorang (Yuliani, 2010: 34). Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa bermain adalah bermacam bentuk kegiatan yang memberikan kepuasan pada diri anak yang bersifat non serius, lentur, dan bahan mainan yang terkandung dalam kegiatan dan secara imajinatif ditransformasikan sepadan dengan dunia orang dewasa (Moeslichatoen, 1996: 24). Dalam penelitian ini jenis permainan yang digunakan adalah bermain meronce. Meronce adalah menyusun benda atau merangkai benda menjadi satu dengan menggunakan seutas tali atau yang lain (http://dk-educlub.blogspot.com. Diakses pada tanggal 7 September 2013 pukul 02.04 wita) ).  Jadi dapat disimpulkan bahwa bermain meronce adalah suatu kegiatan yang menyenangkan bagi anak dengan cara menyusun, menata benda-benda menjadi satu dengan bantuan seutas tali atau benang.
Bermain memiliki banyak manfaat bagi anak usia dini. Frank dan Theresa Caplan (Hildebrand, 1986: 55-56) mengemukakan ada enam belas nilai bermain bagi anak (Moeslichatoen, 1996: 24-25): a) Bermain membantu pertumbuhan anak; b) Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela; c) Bermain memberi kebebasan anak untuk bertindak; d) Bermain memberikan dunia khayal yang dapat dikuasi; e) Bermain mempunyai unsur petualang di dalamnya; f) Bermain meletakkan perkembangan bahasa; g) Bermain mempunyai pengaruh yang unik dalam pembentukan antar pribadi; h) Bermain memberi kesempatan untuk menguasi diri secara fisik; i) Bermain memperluas minat pemusatan perhatian; j) Bermain merupakan cara anak menyelidiki sesuatu; k) Belajar merupakan cara anak mempelajari peran orang dewasa; l) Bermain merupakan cara dinamis untuk belajar; m) Bermain menjernihkan pertimbangan anak; n) Bermain dapat distruktur secara akademis; o) Bermain merupakan kekuatan hidup; p) Bermain merupakan sesuatu yang essensial bagi kelestarian hidup manusia.
Dalam sumber lain disebutkan bahwa bermain memiliki manfaat yang sangat besar bagi perkembangan anak usia dini antara lain: memberikan kesempatan pada anak untuk memahami lingkungan dan berinteraksi sosial, mengekspresikan dan mengendalikan emosi, meningkatkan kemampuan simbolik anak dalam menyatakan ide, pikiran dan prasarananya, menyelesaikan konflik, mengembangkan kreativitas, dan lainnya (Aisyiyah, 2007: 1.21).
Sedangkan manfaat bermain meronce adalah untuk melatih kesabaran anak, motorik halus anak, mengenal konsep bentuk geometri dan juga untuk mengenalkan konsep berhitung (angka) (http://spedustar.blogspot.com. Diakses pada tanggal 13 Mei 2014 pukul 11.42 wita).
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa manfaat bermain bagi anak sangat banyak. Sehingga bila ada orang tua yang menganggap bermain adalah kegiatan yang sia-sia adalah hal yang keliru. Dengan bermain anak memahami lingkungannya dan ini juga disebut proses belajar agar anak nantinya siap menghadapi tantangan pada tahap selanjutnya. 
Sedangkan pengertian berhitung menurut Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian persoalan mengenai bilangan (Yuliani, 2007: 112). Sedangkan pendapat lain mengatakan, berhitung yaitu menghubungkan antara benda dengan konsep bilangan, dimulai dari angka satu. Jika sudah mahir anak dapat melanjutkan menghitung kelipatan, misalnya kelipatan dua, lima, atau sepuluh (Suyanto, 2008: 158).
Jadi dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian pemahaman tentang konsep berhitung adalah suatu cara memahami atau proses kemampuan anak untuk memahami jumlah secara kongkret/nyata yang nantinya akan meningkat ketarap penjumlahan, pengurangan, pembagian dan perkalian.
Berhitung merupakan bagian hal yang tak lepas dari matematika, sedangkan matematika merupakan salah satu pengembangan kognitif. Pendekatan pengembangan kognitif  menekankan bagaimana anak-anak secara aktif membangun cara berpikir mereka (Santrock, 2007: 243). Dalam sebuah sumber mengungkapkan bahwa: matematika pada hakikatnya merupakan cara belajar untuk mengatur jalan pikiran seseorang dengan maksud melalui matematika seseorang akan dapat mengatur jalan pikirannya (Susanto, 2011: 98).
Pada umumnya anak mendengar dan mengucapkan terlebih dahulu berbagai konsep yang berhubungan dengan matematika dan kemudian seiring dengan meningkatnya usia dan kemampuan berpikirnya, ia mulai memahami konsep-konsep matematika itu dengan lebih mendalam. Anak usia 5-6 tahun sudah memiliki kemampuan untuk membilang buta namun belum diikuti oleh kesadaran terhadap kuantitas benda.
Pembelajaran matematika pada anak harus disesuaikan dengan tahapan kognitifnya. Tahapan kognitif anak usia prasekolah menurut Piaget berada pada tahap praoperasional (2-7 tahun), dimana anak mampu menggunakan simbol-simbol dalam pikirannya untuk merepresentasikan benda-benda atau kejadian (Santrock, 2007: 246). Pada tahap ini anak dapat memanipulasi sejumlah simbol, dan mampu memahami segala sesuatu dalam satu arah. Anak belum dapat mengurutkan secara terbalik, urutan dari kanan ke kiri atau dari yang paling bawah ke atas atau sebaliknya (Isjoni, 2010: 83).
Dalam memahami konsep berhitung ada beberapa aspek yang harus diketahui. Berdasarkan Peraturan Menteri Nomor 58 Tahun 2009 aspek-aspek konsep berhitung dibagi menjadi sejumlah kompetensi dasar bagi anak usia 5-6 tahun, yaitu: 1) Kompetensi dasar: Anak dapat memahami konsep sederhana dalam kehidupan sehari-hari; 2) Hasil belajar: a) Menyusun benda dari besar-kecil atau sebaliknya; b) Menyebutkan bilangan 1-20; c) Menyebut sambil menunjuk benda (mengenal konsep bilangan dengan benda-benda) sampai 20; d) Membuat urutan bilangan 1-20 dengan benda-benda; e) Menyebutkan hasil penjumlahan dan pengurangan dengan benda sampai 20; f) Memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk 3 pola yang berurutan. Misalnya; merah, putih, biru, merah, putih biru, merah, putih, ….
Kompetensi dasar tersebut merupakan patokan rata-rata  yang ingin diraih dalam perkembangan anak usia 5-6 tahun khususnya dalam berhitung. Apabila ada anak yang melewati kompetensi tersebut, itu hal yang lebih baik. Namun apabila ada anak yang belum mencapainya, maka perlu diberikan stimulasi yang sesuai sehingga aspek-aspek dalam kompetensi dasar tersebut dapat tercapai dalam perkembangan anak usia 5-6 tahun. 
Berdasarkan penjelasan tersebut dalam penelitian ini ada tujuan-tujuan tertentu yang diharapkan peneliti. Adapun tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh bermain meronce terhadap pemahaman tentang konsep berhitung anak usia 5-6 tahun di PAUD Merpati Sukaraja Timur Kecamatan Ampenan Tengah kota Mataram tahun pelajaran 2013/2014.
METODE PENELITIAN
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini diasumsikan dapat mendukung keberhasilan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Metode penentuan subjek penelitian ini menggunakan teknik Cluster Random Sampling (CRS). Teknik ini berguna untuk memberikan peluang yang sama pada setiap unsur/anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2012: 82). Dalam penelitian ini jumlah keseluruhan (populasi) anak yang berumur 5-6 tahun adalah sebanyak 47 orang yang terbagi dalam 3 kelas yaitu kelas Mangga sebanyak 17 orang, kelas Jeruk sebanyak 14 orang dan kelas Apel sebanyak 16 orang. Karena keterbatasan peneliti maka dipilihlah kelas Mangga dengan jumlah 17 orang. b. Rancangan penelitian menggunakan observasi dengan dua kali eksperimen/perlakuan yaitu sebelum bermain meronce dan sesudah bermain meronce (Sugiyono, 2012: 74).
Rancangan dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut (berdasarkan metode desain One-Group Pre test-Post test Design):


O1   X   O2


O1 = nilai pre-test (sebelum diberi bermain meronce)
O2 = nilai post-test (setelah diberi bermain meronce)
X  = perlakuan yang diberikan.

Metode pengumpulan data menggunakan metode observasi sebagai metode utama, sedangkan metode dokumentasi dan wawancara sebagai metode pelengkap.
Observasi dilakukan dengan memberi tanda tanda cek list (v) pada kolom yang telah tersedia sesuai dengan kemampuan anak. Adapun skor yang diberikan adalah sangat mampu dengan skor 5, mampu dengan skor 4, agak mampu dengan skor 3, kurang mampu dengan skor 2 dan untuk yang tidak mampu dengan skor 1” (Sugiyono, 2012: 94). Adapun kisi-kisi yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Analisis data menggunakan rumus t-tes. Yang mana bila jumlah sampel berkolerasi/berpasangan, misalnya membandingkan sebelum dan sesudah treatment/perlakuan, maka digunakan rumus t test.
HASIL PENELITIAN
Adapun data hasil observasi pemahaman tentang konsep berhitung anak usia 5-6 tahun PAUD Merpati tahun pelajaran 2013/2014  sebelum dan sesudah akan disajikan pada tabel berikut:

Tabel 01. Data Tentang Skor Observasi Awal Dan Observasi Akhir Tentang Pengaruh Bermain Meronce Terhadap Pemahaman Tentang Konsep Berhitung Anak Usia 5-6 Tahun PAUD Merpati Tahun Pelajaran 2013/2014.

No
Subyek
L/P
Sebelum
(Pre-Tes)
O1 atau X1
Sesudah
(Post-tes)
O2 atau X2
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1
GB
L
37
55
2
BA
P
40
54
3
MT
P
20
38
4
RY
L
35
54
5
SLM
P
18
48
6
BY
L
38
55
7
SH
P
35
55
8
LZ
P
37
55
9
HZ
L
20
54
10
NC
P
39
55
11
RR
L
30
46
12
SFR
P
33
53
13
AUL
P
31
55
14
DS
P
33
55
15
ISM
P
26
51
16
PT
P
32
54
17
NV
P
34
46
Total (∑)
538
883

Guna menguji hipotesis nihil maka data tersebut disajikan dalam tabel kerja. Adapun tabel kerjanya sebagai berikut:

Tabel Kerja Untuk Menguji Hipotesis Tentang Pengaruh Bermain Meronce Terhadap Pemahaman Tentang Konsep Berhitung Anak Usia 5-6 Tahun PAUD Merpati Tahun Pelajaran 2013/2014.
No
Subyek
X.1
X.2
D
d
d2
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1
GB
37
55
18
-2,294
5,263
2
BA
40
54
14
-6,294
39,616
 3
MT
20
38
18
-2,294
5,263
4
RY
35
54
19
-1,294
1,675
5
SLM
18
48
30
 9,706
94,204
6
BY
38
55
17
-3,294
10,851
7
SH
35
55
20
-0,294
0,087
8
LZ
37
55
18
-2,294
5,263
9
HZ
20
54
34
13,706
187,851
10
NC
39
55
16
-4,294
18,439
11
RR
30
46
16
-4,294
18,439
12
SFR
33
53
20
-0,294
0,087
13
AUL
31
55
24
3,706
13,734
14
DS
33
55
22
1,706
2,910
15
ISM
26
51
25
4,706
22,145
16
PT
32
54
22
1,706
2,910
17
NV
34
46
12
-8,294
68,792
Total (∑)
538

883
345

497,529
Dari tabel kerja tersebut di atas, maka dapat dihitung nilai t-tes sebagai berikut:
Md =    = 20,294
d1 = D1 – Md = 18 – 20,294 = - 2,294
∑d2            =  497,529
N   = 17
t = 15,010
PEMBAHASAN
Dari hasil pengujian t-tes di atas, dimana t-tes 15,010 lebih besar dari t-tabel sebesar 2,120 dengan taraf signifikansi 5%, maka dapat dikemukakan bahwa hipotesis Nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima, maka kesimpulan analisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ada pengaruh bermain meronce terhadap pemahaman tentang konsep berhitung anak usia 5-6 tahun PAUD Merpati Sukaraja Timur Ampenan tahun pelajaran 2013/2014.
Dari teori-teori yang telah diajukan dalam pembahasan terdahulu yang selanjutnya dibandingkan dengan hasil analisis data yang diperoleh melalui penelitian dengan menggunakan analisis statistik dengan rumus t-tes, ternyata hipotesis nol (H0) yang berbunyi: Tidak ada pengaruh bermain meronce terhadap pemahaman tentang konsep berhitung anak usia 5-6 tahun PAUD Merpati tahun pelajaran 2013/2014. Ditolak, dan hipotesis alternatif (Ha) yang berbunyi: Ada pengaruh bermain meronce terhadap pemahaman tentang konsep berhitung anak usia 5-6 tahun PAUD Merpati tahun pelajaran 2013/2014. Diterima.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh bermain meronce terhadap pemahaman tentang konsep berhitung anak usia 5-6 tahun di PAUD Merpati tahun pelajaran 2013/2014.
Berdasarkan penemuan di lapangan, bahwa anak tertarik untuk bermain meronce dengan bahan daur ulang limbah botol plastik yang telah dibentuk seperti bunga dengan diberi cat berwarna-warni. Anak awalnya tidak menyadari bahwa limbah bila dimanfaatkan akan berguna dan bermanfaat sebagai alat bermain yang murah dan menyenangkan.
Selain itu bermain meronce dengan menggunakan media alam sebagai media meronce, dapat meningkatkan pemahaman anak tentang konsep berhitung 1-20 tanpa unsur paksaan dan tertekan. Sehingga anak dapat menikmati bermain sambil belajar yang menyenangkan, dan menarik dan tujuan yang ingin diraih tercapai yaitu ada pengaruh bermain meronce terhadap pemahaman tentang konsep berhitung anak usia 5-6 tahun PAUD Merpati tahun pelajaran 2013/2014.
Selain itu ditemukan adanya hubungan antara teori perkembangan anak Piaget yang mengatakan bahwa anak yang berusia 5-6 tahun berada pada masa pra-operasional yang mengakibatkan anak pada usia ini telah mengalami kematangan dalam melakukan meronce dan dalam memahami konsep berhitung 1-20. Sehingga apabila ditemukan ada anak yang mengalami keterlambatan ini dikarenakan faktor lingkungan yang kurang dalam menstimulasi anak dan juga faktor gizi yang diasup oleh anak.

SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan penelitian tersebut maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah: Ada pengaruh bermain meronce terhadap pemahaman tentang konsep berhitung anak usia 5-6 tahun PAUD Merpati Sukaraja Timur Ampenan tahun pelajaran 2013/2014.
Dari kesimpulan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti menyarankan agar pihak guru di sekolah tetap kreatif dalam menciptakan media bermain untuk anak yang edukatif, murah dan mudah didapat. Dan guru terus membimbing anak yang mengalami keterlambatan dan bermasalah dalam perkembangannya dengan tak lupa bekerjasama dengan orang tua agar orang tua juga bisa memberi stimulasi yang tepat di lingkungan rumah, bukan hanya diserahkan di sekolah. Sehingga apa yang ingin diraih dalam meningkatkan pemahaman anak tentang konsep berhitung khususnya dapat tercapai sesuai dengan tahap perkembangan anak.
Sedangkan untuk peneliti yang lain agar terus mencoba melakukan penelitian lanjutan sehubungan dengan bermain meronce dan masalah yang ada pada anak usia dini serta diuji-cobakan pada sampel yang lebih banyak dan tempat yang berbeda dalam waktu yang lebih lama.


REFERENSI
Aisyiyah, Siti,  dkk. 2007. Perkembangan dan Konsep Dasar Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta, Universitas Terbuka.
Http://dk-educlub.blogspot.com Diakses 7 September pukul  02:04 wita.
Http://spedustar.blogspot.com. Diakses pada tanggal 13 Mei 2014 pukul 11.42 wita.
Isjoni H. 2010. Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung, Alfabeta.
Moeslichatoen R. 1996. Metode Pengajaran Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Rineka Cipta.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 58 Tahun 2009. Tetang Standar Pendididkan Anak Usia Dini. Jakarta
Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kulitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi, Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta, Rineka Cipta.
Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar Dalam Berbagai Aspek. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Suyanto, Slamet. 2008. Strategi Pendidikan Anak. Yogyakarta: Hikayat Publisting.
Yuliani Nurani, Sujiono dkk. 2007. Materi Pokok Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka.
                                      dan Bambang S. 2010. Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta: PT. Indeks.









No comments:

Post a Comment